Pada 35 tahun lalu, pemimpin milisi Khmer Merah yang saat itu menguasai Kamboja, Pol Pot, mengubah nama negaranya. Kamboja - dari sebutan bahasa Inggris, Cambodia, diganti ke bahasa lokal, Kampuchea.
Di bawah konstitusi yang baru, Pol Pot juga meresmikan pemerintahan komunis di negeri Asia Tenggara itu.
Laman stasiun televisi The History Channel mengungkapkan, selama tiga tahun Pol Pot dan rezimnya berkuasa, warga Kamboja seakan hidup di Zaman Pertengahan. Bukannya memenuhi harapan penduduk Kamboja yang sudah lelah dengan konflik dan pemberontakan, rezim Pol Pot justru membawa teror dan genosida.
Selama berkuasa, Pol Pot bertanggungjawab atas kematian sekitar dua juta warga Kamboja.
Pol Pot, yang lahir dengan nama Saloth Sar pada 1925, memaksa rakyat Kamboja tinggal dan bekerja di desa-desa terpencil. Mereka yang berpendidikan atau memiliki kemampuan finansial langsung dibunuh.
Sekolah-sekolah, surat kabar, rumah sakit, properti budaya dan agama, serta properti pribadi dimusnahkan. Puluhan ribu orang Kamboja tewas karena kelaparan. Sedangkan orang lain dalam jumlah tak terhingga meninggal karena penyakit, kerja paksa, atau dibunuh.
Pada Desember 1978, menyusul pertikaian terkait perbatasan, Vietnam menginvasi Kamboja dan kemudian mengakhiri rezim Khmer Merah. Pol Pot melarikan diri ke Thailand dan menghabiskan hampir dua dekade untuk bersembunyi di kawasan hutan lebat di perbatasan Thailand dan Kamboja.
Pada 1997, Pol Pot ditangkap oleh anggota partainya sendiri atas tuduhan penghianatan. Dia meninggal karena sakit pada 15 April 1998 tanpa pernah mendapat hukuman apapun atas kejahatannya.
• VIVAnews
Rating
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar