SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Mahfud MD : Susno Tersangka, Hukum Seperti di Hutan Belantara

| | | 0 komentar
Ketua Mahkamah Konstitusi. Penetapan Susno Duadji sebagai tersangka, menggemparkan penegakan hukum di Indonesia. Penegakkan hukum seperti diletakan dalam hutan belantara tanpa kejelasan. Perkara Pak Susno, jika benar memang harus ada penegakan hukum yang tegas. Polisi dalam menangani harus bekerja profesional. Penyidik tidak boleh bekerja atas dasar perintah atasan. Hukum harus tegas jangan sampai polisi jalankan tugas ini perintah atasan.

Aparat hukum harus memberikan ketegasan agar masyarakat tidak curiga langkah hukum yang ditempuh adalah sekedar upaya mengalihkan isu besar dengan penetapan Susno sebagai tersangka. Atau hanya untuk menutupi dan mengalihkan isu besar atau kasus lain yang kini jadi perhatian masyarakat seperti langkah pemberantasan korupsi.

Sumber: Detik News

BUSANG BERBUNTUT PANJANG

| | | 0 komentar
Siapa yang bertanggung jawab atas skandal Busang?

Di Kanada, penyidikan polisi terfokus pada pencarian biang penipuan
kandungan emas. Di Jakarta, pemeriksaan mengendus-endus kemungkinan
kolusi. Yang jelas, Indonesia patut malu lantaran ikut-ikut berebut
saham. Isinya pepesan kosong lagi.

Skandal Busang bukan hanya menenggelamkan ribuan pemegang saham Bre-X
Minerals dalam lautan kerugian. Melainkan juga menyeret gelombang
tuntutan hukum yang berkepanjangan. Dari Kanada dilaporkan, kepolisian
Montreal tengah menyidik kemungkinan adanya tindak kriminal.

Sementara itu, publik pasar modal Amerika Serikat kembali mengajukan
gugatan class action. Ini merupakan gugatan ke-10 sejak dugaan
manipulasi data deposit Busang meletup awal bulan lalu. Sebuah
perusahaan sekuritas terkemuka di Toronto ikut pula kena getahnya.
Nesbitt Burns, nama perusahaan itu, terancam dimejahijaukan lantaran
dinilai terlalu sering merekomendasikan beli untuk saham Bre-X.

Dari Jakarta, sejumlah (bekas) pejabat Departemen Pertambangan dan
Energi (Deptamben) juga berpeluang terseret ke meja pemeriksaan polisi.
Dalam jumpa pers Selasa (6/5), Mentamben IB Sudjana telah membuka
kemungkinan itu. Demi kejelasan ada tidaknya kolusi, "Siapa saja, baik
pejabat yang aktif maupun tidak, bisa diperiksa," katanya.

Sejauh ini, tuduhan publik terhadap Bre-X adalah penipuan. Caranya
dengan memperkaya kan-dungan emas pada contoh batuan yang akan diuji
agar deposit terkesan jauh lebih besar. Dengan siasat ini, harga saham
perusahaan tambang yunior itu terus menanjak. Dan sejalan dengan
kenaikan harga saham, pengurus Bre-X sedikit demi sedikit melepas saham
miliknya.

Bos Bre-X beli rumah di Cayman Island
Selain penjualan US$ 27 juta sepanjang Agustus-Oktober lalu, belakangan
ketahuan para pengelola Bre-X telah melego sahamnya sejak lama.

Menurut Globe and Mail (3/5), pada 1995, misalnya, wakil presiden sekaligus
kepala geologi yang bertanggung jawab atas eksplorasi Bre-X di
Indonesia, John Felderhof, telah menguangkan hak opsi saham senilai US$
42 juta. Dengan duit ini Felderhof membeli rumah peristirahatan di
Cayman Island seharga US$ 3 juta.

Dengan terkuaknya kasus "penipuan yang belum pernah ada dalam sejarah"
itu, Felderhof kini jadi sasaran tembak utama penyidikan. Kendati
mengaku tak tahu-menahu praktek manipulasi kadar emas, Felderhof justru
dianggap sebagai orang yang paling mengerti seluk-beluk salting alias
pengayaan kadar emas di Busang. Kawan dekatnya, Michael de Guzman, yang
juga diduga "terlibat" telah tewas terjatuh dari helikopter.

Sementara Presiden Bre-X David Walsh, orang yang mestinya paling
bertanggung jawab atas skandal ini, dinilai tak banyak tahu operasi
Bre-X di Indonesia. Menurut Financial Post (6/5), Walsh digambarkan
sekadar cukong yang tak tahu tentang tambang dan pergeologian. "Tugasnya
cuma," kali ini tulis Globe and Mail, "membuat siaran pers dan memutar
uang."
Urat emas termakan jadi bubuk gergaji
Sebagai Kepala Geologi Bre-X, pengetahuan Felderhof atas proses
manipulasi deposit Busang sulit dielakkan. Sebuah surat kabar Kanada
yang mengutip pegawai gudang penyimpanan sampel batuan Bre-X di Loa Buri
(Samarinda) menulis, pengiriman sampel dari gudang itu ke laboratorium
pengujian kadar logam Indo Assy di Balikppapan, selalu dalam pengawasan
salah satu dari kedua orang ini: Felderhof atau de Guzman. Kuat dugaan,
di gudang inilah salting dilakukan.

Oleh konsultan yang disewa Bre-X, Felderhof kabarnya pernah diingatkan
untuk memecah sampel batuan dalam dua bagian. Satu untuk diuji, satu
lagi disimpan sebagai arsip. Tapi Felderhof menolak prosedur yang biasa
dikerjakan perusahaan tambang itu. Katanya, "Kalau dipotong-potong, urat
emasnya bisa habis jadi bubuk gergaji."

Kecanggihan mutu salting batuan Busang juga mengindikasikan dikerjakan
oleh orang yang amat ahli. Dalam laporan terbaru, Strathcona Mineral
Services, konsultan independen yang menguji ulang hasil eksplorasi
Busang, menyatakan "kekaguman" hasil penipuan tim Bre-X. "Diperlukan
kelihaian yang luar biasa untuk memperkaya 16.400 sampel batuan dengan
akurasi yang persis sama dalam interpretasi geologis," tulis Strathcona.

Felderhof adalah geolog paling senior Bre-X dan telah 30 tahun
malang-melintang di dunia pertambangan. Namanya terkenal setelah
menemukan tambang tembaga emas Ok Tedi di Papua Nugini, awal 1970.

Tapi,reputasi Felderhof setelah itu tak begitu sedap. Bersama de Guzman,
Felderhof merupakan anggota tim geologi PT Minindo Perkasasemesta.
Perusahaan fiktif inilah yang pernah menggegerkan pasar modal Indonesia
sebelum didepak dari bursa tahun 1993.

Hanya, keahlian Fielderhof tampaknya bukan satu-satunya kunci resep
keberhasilan manipulasi skandal Busang. Longgarnya peraturan juga ikut
mendukung. Di Kanada, persis seperti di Indonesia, tak ada kewajiban
perusahaan tambang publik untuk minta pengesahan atas klaim jumlah
deposit yang mereka temukan.

Cara-cara seperti ini mustahil dilakukan di Australia. Di Negeri Kanguru
itu, setiap klaim penemuan kandungan tambang harus disahkan anggota
Australian Institute of Mining and Metalurgy, lembaga independen yang
dipercaya me-nyetempel keabsahan penemuan deposit tambang.

Nah, kini, penipuan dengan modus kuno itu muncul kembali dalam skala
yang jauh lebih dahsyat. Dari seluruh proses penipuan itu, masih saja
muncul pertanyaan, di manakah letak kolusi pejabat Indonesia?

Dalam dunia pertambangan, ketaksesuaian hasil pengujian ulang dengan
hasil eksplorasi adalah hal yang jamak. Bekas Mentamben Profesor Subroto
mengatakan, dari 170 kontrak karya pertambangan umum (di luar
penambangan migas) yang diberikan pada awal Orde Baru, hanya tujuh (4%)
yang beroperasi. Selebihnya, gagal.

Jadi? Kata Subroto, "Kita tak perlu malu jika hasil pengujian tak sesuai
dengan eksplorasi. Tapi kita memang malu, karena ikut rebutan saham."

Abu Bakar Ba'asyir Tak Punya Rekening

| | | 0 komentar
Klaim Mabes Polri telah memiliki bukti transfer dari KH Abu Bakar Ba’asyir kepada para teroris Aceh sungguh berlebihan. Betapa tidak, ternyata Ba’asyir tidak memiliki rekening.

“Beliau tidak punya rekening. Ustaz Abu tidak mengenal itu. Perintah blokir rekening Ba’asyir, blokir rekening Amrozi itu gaya lama Amerika. Apanya yang mau diblokir, mereka saja tidak punya rekening,” ujar pengacara Ba’asyir, Achmad Michdan kepada okezone di Jakarta, Jumat (13/8/2010).

Michdan semakin geli ketika mendengar Wakadiv Humas Mabes Polri Kombes Pol I Ketut Untung Yoga menyampaikan bahwa bukti transaksi dari Ba’asyir dan sejumlah sumber lain untuk mendanai pelatihan militer di Aceh mencapai angka Rp1 miliar.

Pasalnya, Ba’asyir dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) kesulitan membiayai operasional rutin kantornya di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. “Kalau itu dari Ustadz Abu atau JAT saya tidak yakin, untuk pengacara saja kita ibadah kok,” ungkapnya.

Adapun mengenai kemungkinan Ba’asyir menginstruksikan kepada orang lain untuk mentransfer dana ke teroris Aceh, Michdan tidak bersedia menanggapi secara serius. Menurut dia, harus ada alat bukti riil apabila polisi menuduh Ba’asyir terlibat dalam pendanaan pelatihan militer teroris Aceh.

“Kalau dicari-cari, semua anak cucu Adam juga bisa (dituduh transfer ke teroris Aceh atas perintah Ba’asyir),” ungkapnya.(ful)

Mencari Keadilan SBY, Indra Berjalan Kaki 22 Hari

| | | 0 komentar

Pupus sudah keinginan Indra Azwan untuk bertemu dengan Presiden SBY. Pria yang sedianya akan berkeluh kesah tentang kematian anaknya yang ditabrak oleh polisi pada 1993 ini, akhirnya kembali ke LBH Jakarta untuk berkoordinasi.

15 menit setelah rombongan Indra dan para relawan kembali ke LBH Jakarta, rombongan mobil Presiden SBY pun keluar kompleks Istana menuju Cikeas.

Menurut putri Indra yang juga berada di depan Istana, sebelumnya memang Indra telah diperingatkan istrinya agar pulang saja.

"Kata ibu yang terakhir, kalau tidak bisa bertemu dengan Pak Presiden sebaiknya pulang saja," kata anak Indra, Dwi Anita Rahmania.

Dwi Anita Rahmania (27) adalah putri Indra. Dia saat ini tinggal di Bekasi bersama dengan saudaranya. Saat mendengar kabar bapaknya pergi ke Jakarta, dia langsung menemui bapaknya di depan Istana Merdeka.

Sebelumnya, Indra Azwan pria asal Malang, Jawa Timur, tidak pernah lelah dalam upaya mencari keadilan. Kendatipun dia sadar usaha itu tak akan bisa membangkitkan anaknya yang tewas 17 tahun lalu ditabrak polisi. Apalagi, hingga kini, tidak ada proses hukum bagi sang penabrak.
Kaki yang bengkak, kuku yang hampir copot akibat berjalan dari Malang ke Jakarta, masih belum diobati. Ini adalah bentuk protes untuk mencari keadilan. Jika disinggung soal kematian anaknya, Indra tidak mampu menyembunyikan kejengkelannya.

Di Ibukota, Indra berjuang menuntut hukuman bagi sang penabrak. Sedangkan istri yang ditinggalkan di Malang, terus mendukung dengan doa dan tetap berusaha dengan warung kecilnya.

Sejak tanggal 8 Juni 2010, Indra Azwan sudah melangkahkan kakinya dari Malang menuju Jakarta. "Ini jalan terakhir saya, saya sudah mentok meminta keadilan ke mana-mana. Mulai dari Komnas HAM, Satgas Mafia Hukum, Ombudsman, semuanya," kata Indra, saat menyambangi kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.

Pada tahun 1993, anaknya yang bernama Rifki andika (12) ditabrak hingga tewas oleh salah seorang anggota kepolisian. Namun, hingga kini tidak ada satu pun pelaku yang dihukum atas kematian anaknya itu.

Kini, dengan hanya berbekal uang Rp 500.000, dua pasang sepatu, dan semangat, ia berjalan kaki dengan tekad ingin meminta keadilan. Selama itu, ia mengaku tidak pernah merasakan sakit.

"Hati saya yang sakit, Mas, keadilan itu cuma untuk orang kaya," katanya dengan geram.

Hingga berita ini diturunkan, Indra tengah kembali melangkah menuju Istana. Indra sangat berharap bisa bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar masalahnya bisa diselesaikan dan ia mendapat keadilan untuk anaknya. (fn/lp/dt/km/klik video dari Kantor Berita Liputan 6) www.suaramedia.com

Kembang Api Berujung Maut

| | | 0 komentar
Malang benar nasib Sugiono (30), korban mobil terbakar akibat ledakan kembang api di jalan Kamal Raya, Jakarta Utara, Selasa lalu. Sugiono akhirnya meregang nyawa setelah beberapa hari mendapat perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Jakarta.

Mobil yang ditumpangi Sugiono dan empat rekannya, yakni Asmo (37), Kateni (37), Cecep (45), Sugiono (29), dan Wargiman hendak memusnahkan 3.171 kembang api milik PT Toyindo Perkasa yang telah kadaluwarsa.

Ledakan keras yang kemudian berujung pada kematian Sugiono ini membuat miris. Apa pasal?
Mobil yang ditumpangi Sugiono ini meledak satu hari menjelang bulan Ramadhan, yakni ketika pihak kepolisan telah mendengungkan pelarangan membunyikan petasan selama bulan Ramadhan. Selain bisa membahayakan nyawa manusia, petasan, termasuk kembang api, mengundang kebisingan.

Bahaya kembang api sebenarnya sudah dipahami oleh Sugiono, seperti penuturan Vivi (15) keponakan almarhum yang ikut menunggui jenasah, “Oom tidak pernah bawa petasan ke rumah. Takut bakal meledak di dalam rumah.” Naasnya, Sugiono malahan menjadi korban ledakan kembang api yang telah merenggut nyawanya

Keluarga ikhlas

Beberapa saat sebelum akhirnya meninggal, Sugiono mengeluh sesak nafas. Ia minta dipanggilkan perawat. Sugiyono sesak nafas karena luka bakar yang dialaminya menutupi saluran pernafasan.

Menurut Ika, istrinya, luka bakar yang dialami suaminya mencakup muka, tangan, kaki, bagian belakang tubuh, dan tersisa bagian depan saja. “Tak ada firasat apapun Yono akan pergi,” ujarnya pilu. Bahkan menurut Ika, kondisi terakhir Sugiyono terlihat membaik, ia telah bisa menggerakkan kaki dan tangannya.

Ika dan keluarganya tidak ingin menyalahkan siapapun. Bagi mereka, ini adalah musibah akibat kecelakaan kerja. “Kami tidak akan menuntut perusahaan. Kami juga telah mendapatkan santunan,” ujar Ika.

Almarhum Sugiono dikenal pekerja keras, sebelum bekerja di PT Toyindo Perkasa, Sugiono bekerja borongan di pabrik kaca. Karena bangkrut perusahaan kaca itu tutup, Sugiyono pun kena PHK. Sesudahnya Sugiono tak patah arang, ia kerja serabutan. Hingga seorang tetangga menawari untuk bekerja di PT. Toyindo, Sugiono dengan senang menerimanya.

Di mata keluarga dan warga di sekitarnya, Sugiono dikenal baik dan tanpa pamrih. “Yono itu tidak mau menyusahkan siapapun. Kalau dia masih kuat melakukan pekerjaan, ya akan dilakukan sendiri,” kata Ika.
“Orangnya tidak pamrih, selalu jawab iya kalau dimintain tolong,” tambah Suparman (48), Ketua RT 08 Kampung Palsi Gunung Cimanggis Depok.

Saat Banda Lebih Berharga dari New York

| | | 0 komentar
Pada satu masa, Pulau Run, sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda, Maluku, bernilai lebih tinggi daripada kota New York di Pulau Manhattan yang kala itu dinamakan Nieuw Amsterdam.

Itulah ironi sejarah, pada paruh terakhir abad ke-17, bangsa Inggris dan Belanda berulang kali terlibat perebutan daerah penghasil rempah. Semasa itu, sekantong rempah bernilai lebih mahal dari sekantong emas dengan bobot yang sama!

Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) dan Serikat Dagang Hindia Timur Inggris (EIC) bersaing ketat dan sering terlibat konflik terbuka. Bahkan, terjadi pembantaian warga Inggris di benteng Belanda di Ambon yang dikenal sebagai Amboyna Massacre yang memicu kemarahan Inggris.

Letnan Kolonel (Pur) TNI AL C Kowaas, yang melanglang buana pada tahun 1964 bersama KRI Dewa Rutji, mengisahkan barter wilayah antara Inggris dan Belanda atas Pulau Run dan Nieuw Amsterdam hingga dampaknya tiga abad kemudian.

Perebutan rempah oleh bangsa Eropa di masa silam bisa diibaratkan persaingan di abad ke-20 dan ke-21 untuk memperebutkan sumber minyak Timur Tengah oleh negara maju dan sesama bangsa Arab.

”Pada tahun 2600 sebelum Masehi bangsa Mesir diketahui menggunakan rempah dari Asia untuk para pekerja yang membangun piramida agar memberi kekuatan tertentu. Dari bukti arkeologis diketahui rempah-rempah itu berasal dari Maluku. Konon urusan rempah ini turut membuat bangsa Aria hijrah ke wilayah Anak Benua, yakni India,” ujar Kowaas yang buku perjalanannya dengan Kapal Dewa Rutji akan diterbitkan ulang oleh Penerbit Buku Kompas.

Catatan perjalanan Marco Polo ke Asia menjadi acuan bagi bangsa-bangsa Eropa yang berusaha mencari jalan ke Asia dan sumber rempah-rempah. Ketika itu, pada masa Medieval, perdagangan di Timur Jauh dan Timur Tengah dikuasai bangsa Tionghoa, Arab, India, dan di Eropa para saudagar Venisia.

Setelah Khalifah Barat, yakni wangsa Umayah, dikalahkan bangsa Spanyol dan Portugis di Semenanjung Andalusia, barulah bangsa-bangsa di Eropa Barat berlomba mencari jalan ke Timur Jauh, negeri sumber rempah.

Bandar Malaka direbut Portugis tahun 1511 sebagai pembuka jalan ke Kepulauan Maluku. Pada tahun 1512, Banda dan Maluku akhirnya ditemukan pelaut Portugis. Terbukalah perdagangan langsung bangsa Barat ke sumber rempah-rempah.

Pertarungan Spanyol dan Portugis berlangsung hingga seabad lamanya. Pada peralihan abad ke-16, kekuatan maritim sudah beralih kepada dua kekuatan baru: Inggris dan Belanda.

Inggris dengan EIC-nya bersaing ketat dengan VOC di Samudra Hindia hingga kepulauan Nusantara.

”VOC akhirnya menguasai Kepulauan Banda dan Maluku di abad ke-17. Namun, Pulau Run dan Ai di Banda dikuasai EIC. Itu sangat mengganggu VOC yang ingin menguasai perdagangan rempah Nusantara,” Kowaas menerangkan lebih lanjut.

Setelah berulang kali terjadi pertikaian dan Perang Anglo-Belanda kedua (1664-1667), dicoba dicari kompromi antara EIC dan VOC dalam perjanjian Breda.

Disepakati VOC menyerahkan koloni Nieuw Amsterdam kepada EIC. Sebaliknya, EIC menyerahkan Pulau Run dan koloni Suriname ke tangan VOC. Peristiwa itu dikukuhkan dalam sebuah traktat tahun 1674.

Di atas kertas, VOC untung besar karena seluruh kepulauan rempah berada di bawah kendalinya. Akan tetapi, EIC yang mendapat Nieuw Amsterdam, yang kemudian mereka beri nama New York, berpikir untuk jangka panjang dengan membangun sebuah kota perdagangan.

Sejarah modern berbicara lain. Selepas revolusi industri, kemakmuran didapat dari menjual produk akhir yang langsung dinikmati konsumen ataupun mengembangkan sektor jasa seperti terjadi di New York.

Banda, seperti bagian lain dari Republik Indonesia, masih mengandalkan ekonomi dari menjual bahan mentah dan tidak menambah nilai ekonomis hingga menjadi barang siap konsumsi. Pala, cengkeh, karet, kina, teh, dan kopi semua dijual dalam produk mentah demi segera mendapat keuntungan yang tidak seberapa. Selanjutnya, produk siap konsumsi kembali diimpor bangsa Indonesia dengan harga lebih mahal!

Kini, tiga abad lebih, barter Banda dan New York berlalu. Kepulauan Banda semakin sunyi, sedangkan New York menjadi salah satu pusat perdagangan dan kebudayaan dunia. Sebuah ironi sejarah. (Iwan Santosa)
Editor: aegi | Sumber : Kompas Cetak

BANYUWANGI GEMPAR.... Mati Selasa Kliwon, Tali Pocong Dicuri

| | | 0 komentar
Warga Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi, digegerkan oleh peristiwa pencurian tali pocong, Rabu (11/8/2010). Para pencuri tali pocong itu sangat nekat karena membongkar kuburan Sapani (70), warga setempat yang baru sehari dikuburkan, Selasa (10/8/2010).

Informasi yang dihimpun di lokasi kejadian menyebutkan, pelaku pencurian diperkirakan lebih dari tiga orang. Pasalnya, pelaku mencuri semua (tiga buah) tali pocong yang mengikat mayat tersebut, yaitu di bagian atas kepala, badan, dan kaki. Tiga orang pencuri itu diduga akan menggunakan tali pocong hasil curian masing-masing untuk semacam jimat.

Adapun peristiwa tersebut diketahui pada hari Rabu (11/8/2010) sekitar pukul 09.00 WIB oleh salah seorang pengunjung makam, Thoyib. Kala itu Thoyib hendak nyekar di pusara saudaranya yang berada di pemakaman desa tersebut.

Saat melewati lokasi makam, ia merasa curiga melihat beberapa papan kayu yang berserakan. Setelah diamati dengan seksama, ternyata papan-papan kayu tersebut adalah papan penutup yang biasanya dikubur bersama jenazah saat dimakamkan.

Kecurigaan Thoyib semakin bertambah ketika melihat makam almarhum Sapani dalam kondisi amburadul. Di makam yang tanahnya masih basah itu terlihat banyak bekas galian yang tak selesai. Batu nisan makam Sapani juga copot dari tempatnya.

Maka, tanpa banyak cakap, Thoyib langsung melaporkan temuannya ke juru kunci makam. Setelah itu, keluarga Sapani pun dihubungi. Pihak keluarga segera datang ke makam.

“Kami mendapat laporan dari Pak Thoyib dan langsung memeriksa ke sini. Ternyata benar, makam kondisinya semrawut. Akhirnya kami membongkar makam dan memeriksa mayat. Alhmadullilah, mayat bapak saya masih utuh,” ujar Sujito, anak sulung Sapani.

Proses penggalian kembali makam tersebut disaksikan oleh ratusan warga, perangkat Desa Bagorejo, dan beberapa petugas Polsek Srono. Tak berselang lama diketahui bahwa hanya tiga tali pocong yang hilang, sedangkan kondisi jenazah masih utuh.

Pihak keluarga dan banyak warga setempat maupun perangkat desa merasa tidak habis pikir dengan peristiwa tersebut. Selain mempertanyakan motif pencurian, mereka juga menyayangkan karena mayat yang baru sehari dikubur telah diobrak-abrik, apalagi dilakukan di bulan Ramadhan.

“Saya tidak menyangka bahwa di zaman modern seperti sekarang ini masih ada yang melakukan perbuatan seperti itu,” sesal Djoko Purnomo, Kades Bagorejo.

Menurut keterangan yang diperoleh, Sapani meninggal dunia karena sakit di hari Selasa Kliwon (kalender Jawa), atau sehari menjelang datangnya bulan Ramadhan tahun ini. Biasanya, makam orang yang meninggal pada hari itu akan dijaga warga atau keluarganya.

Langkah tersebut dilakukan setidaknya sampai tujuh hari tujuh malam. Pasalnya, sebagian orang Jawa, khususnya di Banyuwangi, masih percaya bahwa orang yang meninggal dunia pada hari Selasa Kliwon bagian tubuhnya atau kain kafannya dapat berguna sebagai ajimat sehingga menjadi incaran para penganut ilmu hitam.

Namun, warga yang tak percaya hal seperti itu tidak menjaga makam seseorang yang meninggal pada Selasa Kliwon, termasuk makam Sapani. Ternyata, makam yang dijaga tersebut dibongkar orang, kemudian tiga tali pocongnya dicuri. (uni)
Editor: Abi | Sumber :Surya

Ba'asyir Tetap Bungkam

| | | 0 komentar
Tersangka kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir tetap tidak bersedia menjawab segala pertanyaan yang akan disampaikan penyidik Bareskrim Polri dalam pemeriksaan lanjutan hari ini, Rabu (11/8/2010).
Ba'asyir diperiksa terkait pelatihan militer kelompok teroris di Aceh Besar. "Beliau akan tetap konsisten," ucap koordinator Tim Pembela Muslim, Ahmad Michdan, di Mabes Polri, Rabu (11/8/2010).
Dikatakan Michdan, sikap Ba'asyir tidak bersedia memberi keterangan kepada penyidik adalah untuk kali ketiga. Ba'asyir pernah menjawab ketika dikonfirmasi tentang pemberitaan media asing. "Itu sebelum bom bali," ujar Michdan.
Kabareskrim Mabes Polri Komjen Ito Sumardi mengatakan, pihaknya sedang mengklarifikasi bukti-bukti yang dimiliki dalam pemeriksaan. Pihaknya tidak akan memaksa yang bersangkutan jika tidak bersedia menjawab. "Tidak masalah. Itu hak tersangka," ujar dia.
Seperti diberitakan, Ba'asyir menolak menjawab lantaran menganggap Tim Densus 88 maupun penyidik Polri adalah perpanjangan tangan dari negara Amerika Serikat maupun Israel. "Kalau menjawab beliau mengangap akan kerja sama dengan negara-negara tadi," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Edward Aritonang, kemarin.

sumber kompas

Jepang Minta Maaf Telah Jajah Korea

| | | 0 komentar
Pemerintah Jepang, Selasa (10/8/2010), meminta maaf karena telah menjajah semenanjung Korea di masa lalu menjelang ulang tahun ke-100 aneksasi itu pada 29 Agustus ini.

Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, menyatakan penyesalan yang mendalam atas penderitaan yang terjadi pada masa penjajahan Jepang tahun 1910-1945. Permintaan maaf itu juga bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Korea Selatan (Korsel) 15 Agustus ini. Korsel merdeka tahun 1954.

Kan menyatakan penyesalannya yang mendalam dan permintaan maaf yang tulus atas kerusakan dan penderitaan luar biasa pada masa kolonial itu. "Pada masa pemerintah kolonial yang bertentangan dengan keinginan mereka... orang-orang Korea tercabut dari bangsa dan budaya mereka dan rasa kebanggaan etnis mereka terluka," kata Kan dalam pernyataan itu.

sumber kompas

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?