Siapa yang bertanggung jawab atas skandal Busang?
Di Kanada, penyidikan polisi terfokus pada pencarian biang penipuan
kandungan emas. Di Jakarta, pemeriksaan mengendus-endus kemungkinan
kolusi. Yang jelas, Indonesia patut malu lantaran ikut-ikut berebut
saham. Isinya pepesan kosong lagi.
Skandal Busang bukan hanya menenggelamkan ribuan pemegang saham Bre-X
Minerals dalam lautan kerugian. Melainkan juga menyeret gelombang
tuntutan hukum yang berkepanjangan. Dari Kanada dilaporkan, kepolisian
Montreal tengah menyidik kemungkinan adanya tindak kriminal.
Sementara itu, publik pasar modal Amerika Serikat kembali mengajukan
gugatan class action. Ini merupakan gugatan ke-10 sejak dugaan
manipulasi data deposit Busang meletup awal bulan lalu. Sebuah
perusahaan sekuritas terkemuka di Toronto ikut pula kena getahnya.
Nesbitt Burns, nama perusahaan itu, terancam dimejahijaukan lantaran
dinilai terlalu sering merekomendasikan beli untuk saham Bre-X.
Dari Jakarta, sejumlah (bekas) pejabat Departemen Pertambangan dan
Energi (Deptamben) juga berpeluang terseret ke meja pemeriksaan polisi.
Dalam jumpa pers Selasa (6/5), Mentamben IB Sudjana telah membuka
kemungkinan itu. Demi kejelasan ada tidaknya kolusi, "Siapa saja, baik
pejabat yang aktif maupun tidak, bisa diperiksa," katanya.
Sejauh ini, tuduhan publik terhadap Bre-X adalah penipuan. Caranya
dengan memperkaya kan-dungan emas pada contoh batuan yang akan diuji
agar deposit terkesan jauh lebih besar. Dengan siasat ini, harga saham
perusahaan tambang yunior itu terus menanjak. Dan sejalan dengan
kenaikan harga saham, pengurus Bre-X sedikit demi sedikit melepas saham
miliknya.
Bos Bre-X beli rumah di Cayman Island
Selain penjualan US$ 27 juta sepanjang Agustus-Oktober lalu, belakangan
ketahuan para pengelola Bre-X telah melego sahamnya sejak lama.
Menurut Globe and Mail (3/5), pada 1995, misalnya, wakil presiden sekaligus
kepala geologi yang bertanggung jawab atas eksplorasi Bre-X di
Indonesia, John Felderhof, telah menguangkan hak opsi saham senilai US$
42 juta. Dengan duit ini Felderhof membeli rumah peristirahatan di
Cayman Island seharga US$ 3 juta.
Dengan terkuaknya kasus "penipuan yang belum pernah ada dalam sejarah"
itu, Felderhof kini jadi sasaran tembak utama penyidikan. Kendati
mengaku tak tahu-menahu praktek manipulasi kadar emas, Felderhof justru
dianggap sebagai orang yang paling mengerti seluk-beluk salting alias
pengayaan kadar emas di Busang. Kawan dekatnya, Michael de Guzman, yang
juga diduga "terlibat" telah tewas terjatuh dari helikopter.
Sementara Presiden Bre-X David Walsh, orang yang mestinya paling
bertanggung jawab atas skandal ini, dinilai tak banyak tahu operasi
Bre-X di Indonesia. Menurut Financial Post (6/5), Walsh digambarkan
sekadar cukong yang tak tahu tentang tambang dan pergeologian. "Tugasnya
cuma," kali ini tulis Globe and Mail, "membuat siaran pers dan memutar
uang."
Urat emas termakan jadi bubuk gergaji
Sebagai Kepala Geologi Bre-X, pengetahuan Felderhof atas proses
manipulasi deposit Busang sulit dielakkan. Sebuah surat kabar Kanada
yang mengutip pegawai gudang penyimpanan sampel batuan Bre-X di Loa Buri
(Samarinda) menulis, pengiriman sampel dari gudang itu ke laboratorium
pengujian kadar logam Indo Assy di Balikppapan, selalu dalam pengawasan
salah satu dari kedua orang ini: Felderhof atau de Guzman. Kuat dugaan,
di gudang inilah salting dilakukan.
Oleh konsultan yang disewa Bre-X, Felderhof kabarnya pernah diingatkan
untuk memecah sampel batuan dalam dua bagian. Satu untuk diuji, satu
lagi disimpan sebagai arsip. Tapi Felderhof menolak prosedur yang biasa
dikerjakan perusahaan tambang itu. Katanya, "Kalau dipotong-potong, urat
emasnya bisa habis jadi bubuk gergaji."
Kecanggihan mutu salting batuan Busang juga mengindikasikan dikerjakan
oleh orang yang amat ahli. Dalam laporan terbaru, Strathcona Mineral
Services, konsultan independen yang menguji ulang hasil eksplorasi
Busang, menyatakan "kekaguman" hasil penipuan tim Bre-X. "Diperlukan
kelihaian yang luar biasa untuk memperkaya 16.400 sampel batuan dengan
akurasi yang persis sama dalam interpretasi geologis," tulis Strathcona.
Felderhof adalah geolog paling senior Bre-X dan telah 30 tahun
malang-melintang di dunia pertambangan. Namanya terkenal setelah
menemukan tambang tembaga emas Ok Tedi di Papua Nugini, awal 1970.
Tapi,reputasi Felderhof setelah itu tak begitu sedap. Bersama de Guzman,
Felderhof merupakan anggota tim geologi PT Minindo Perkasasemesta.
Perusahaan fiktif inilah yang pernah menggegerkan pasar modal Indonesia
sebelum didepak dari bursa tahun 1993.
Hanya, keahlian Fielderhof tampaknya bukan satu-satunya kunci resep
keberhasilan manipulasi skandal Busang. Longgarnya peraturan juga ikut
mendukung. Di Kanada, persis seperti di Indonesia, tak ada kewajiban
perusahaan tambang publik untuk minta pengesahan atas klaim jumlah
deposit yang mereka temukan.
Cara-cara seperti ini mustahil dilakukan di Australia. Di Negeri Kanguru
itu, setiap klaim penemuan kandungan tambang harus disahkan anggota
Australian Institute of Mining and Metalurgy, lembaga independen yang
dipercaya me-nyetempel keabsahan penemuan deposit tambang.
Nah, kini, penipuan dengan modus kuno itu muncul kembali dalam skala
yang jauh lebih dahsyat. Dari seluruh proses penipuan itu, masih saja
muncul pertanyaan, di manakah letak kolusi pejabat Indonesia?
Dalam dunia pertambangan, ketaksesuaian hasil pengujian ulang dengan
hasil eksplorasi adalah hal yang jamak. Bekas Mentamben Profesor Subroto
mengatakan, dari 170 kontrak karya pertambangan umum (di luar
penambangan migas) yang diberikan pada awal Orde Baru, hanya tujuh (4%)
yang beroperasi. Selebihnya, gagal.
Jadi? Kata Subroto, "Kita tak perlu malu jika hasil pengujian tak sesuai
dengan eksplorasi. Tapi kita memang malu, karena ikut rebutan saham."
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar