SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Daan Mogot, Pahlawan Berumur 17 Tahun

| | | 0 komentar
Penduduk Jakarta pasti sudah pernah mendengar nama sebuah jalan bernama Daan Mogot. Jalan yang terbentang dari perempatan Grogol hingga Tangerang. Tapi apakah banyak yang sadar bahwa nama jalan Daan Mogot itu berasal dari sebuah nama seorang pemuda?

Pemuda belia itu bernama Elias Daniel Mogot. Daan Mogot adalah nama populer Elias Daniel Mogot. Pemuda ini cukup mengagumkan. Bayangkan ketika anak-anak saat ini yang berumur 14 tahun masih doyan main playstation ataupun ber-FB ria, ternyata saat umur 14 tahun Daan Mogot sudah ikut berperang.

Pemuda kelahiran Manado, 28 Desember 1928, ini dibawa oleh orang tuanya ke Batavia (Jakarta) saat berumur 11 tahun. Daan Mogot adalah anak dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Ayahnya ketika itu adalah Hukum Besar Ratahan. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara. Saudara sepupunya antara lain Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta) dan Irjen. Pol. A. Gordon Mogot (mantan Kapolda Sulut). Di Batavia, ayahnya diangkat menjadi anggota VOLKSRAAD (Dewan Rakyat masa Hindia-Belanda). Kemudian ayahnya diangkat sebagai Kepala Penjara Cipinang.

Di umur 14 tahun (tahun 1942) Daan Mogot masuk PETA (Pembela Tanah Air) yaitu organisasi militer pribumi bentukan Jepang di Jawa, walaupaun sebenarnya ia tak memenuhi syarat karena usianya belum genap 18 tahun. Oleh prestasinya yang luar biasa ia diangkat menjadi pelatih PETA di Bali. Kemudian dipindahkan ke Batavia.

Saat kejatuhan Jepang dan selepas Proklamasi 1945, Daan Mogot bergabung dengan pemuda lainnya mempertahankan kemerdekaan dan menjadi salah seorang tokoh pemimpin Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Mayor. Uniknya saat itu Daan Mogot baru berusia 16 tahun namun sudah berpangkat Mayor.

Malang tak dapat ditolak, saat ia berjuang membela negeri ini, ayahnya tewas dibunuh oleh para perampok yang menganggap “orang Manado” (orang Minahasa) sebagai londoh-londoh (antek-antek) Belanda. Kesedihannya itu ia sampaikan pada sepupunya Alex Kawilarang.

“Banyak benar anarki terjadi di sini,” kata Alex Kawilarang.

“Memang, itu yang mesti torang bereskan. Oleh karena itu, senjata harus berada di torang pe tangan” kata Daan Mogot. “Torang, orang Manado, jangan berbuat yang bukan-bukan. Awas, hati-hati! Torang musti benar-benar menunjukkan, di pihak mana kita berada.”

Daan Mogot berkeinginan mencurahkan pengetahuannya, apa yang dulu didapatkannya saat masih dibawah PETA. Ia ingin mendidik para pemuda yang mau menjadi tentara. Dan keinginan besarnya itu akhirnya terwujud dengan berdirinya Akademi Milter di Tangerang 18 November 1945 bersama Kemal Idris, Daan Yahya dan Taswin. Dan Daan Mogot diangkat menjadi Direktur Militer Akademi Tangerang (MAT) saat ia berusia 17 tahun dengan calon Taruna pertama yang dilatih berjumlah ada 180 orang.

Hutan Lengkong - Serpong Tangerang

Pada tanggal 30 November 1945 dilakukan perundingan antara Indonesia dengan delegasi Sekutu. Indonesia diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Agoes Salim yang didampingi oleh dua dua perwira TKR yaitu Mayor Wibowo dan Mayor Oetarjo. Sedangkan pihak Sekutu (Inggris), Brigadir ICA Lauder didampingi oleh Letkol Vanderpost (Afrika Selatan) dan Mayor West.

Pertemuan yang merupakan Meeting of Minds, menghasilkan ketetapan tentang pengambil-alihan primary objectives tentara Sekutu oleh TKR yang meliputi perlucutan senjata dan pemulangan 35 ribu tentara Jepang yang masih di Indonesia, pembebasan dan pemulangan Allied Prisoners of War and Internees (APWI) yang kebanyakan terdiri dari lelaki tua, wanita, dan anak-anak berkebangsaan Belanda dan Inggris sebanyak 36 ribu.

Berdasarkan kesepakatan 30 November 1945, tentara Sekutu tidak lagi memiliki alasan untuk memasuki wilayah kekuasaan Indonesia maupun menggunakan tentara Jepang untuk memerangi Indonesia dengan dalih mempertahankan status quo pra- Proklamasi. Perintah itu disampaikan oleh pihak Sekutu kepada Panglima Tentara Jepang Letjen Nagano.

Sekitar tanggal 5 Desember 1945 ditegaskan oleh Kolonel Yashimoto dari pimpinan tentara Jepang kepada pimpinan Kantor Penghubung TKR di Jakarta cq Mayor Oetarjo bahwa para komandan tentara Jepang setempat sesuai dengan keputusan pimpinan tentara Sekutu, telah diperintahkan tunduk kepada para komandan TKR setempat yang bertanggung jawab atas pemulangan mereka.

Namun pada tanggal 24 Januari 1946, Daan Mogot mendengar pasukan NICA Belanda sudah menduduki Parung. Dan bisa dipastikan mereka akan melakukan gerakan merebut senjata tentara Jepang di depot Lengkong.

Ini sangat berbahaya karena akan mengancam kedudukan Resimen IV Tangerang. Untuk mendahului jangan sampai senjata Jepang jatuh ke tangan sekutu, berangkatlah pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot dengan berkekuatan 70 taruna Militer Akademi Tangerang (MAT) dan delapan tentara Gurkha pada tanggal 25 Januari 1946 lewat tengah hari sekitar pukul 14.00. Ikut pula bersamanya beberapa orang perwira seperti Mayor Wibowo, Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Letnan Soetopo.

Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer hasil rampasan dari Inggris, para prajurit berangkat dan sampai di markas Jepang Lengkong pukul 16.00 WIB. Di depan pintu gerbang, truk diberhentikan dan pasukan TKR turun. Mereka memasuki markas tentara Jepang dengan Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan taruna Alex Sajoeti (fasih bahasa Jepang) berjalan di depan. Pasukan taruna diserahkan kepada Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo untuk menunggu di luar.

Kapten Abe, dari pihak Jepang, menerima ketiganya di dalam markas. Mendengar penjelasan maksud kedatangan mereka, Kapten Abe meminta waktu untuk menghubungi atasannya di Jakarta. Ia beralasan bahwa ia belum mendapat perintah atasannya tentang perlucutan senjata. Saat perundingan berjalan, ternyata Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo sudah mengerahkan para taruna memasuki sejumlah barak dan melucuti senjata yang ada di sana dengan kerelaan dari anak buah Kapten Abe. 40 orang Jepang telah terkumpulkan di lapangan.

Namun entah mengapa, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang tidak diketahui dari mana asalnya. Disusul tembakan dari tiga pos penjagaan bersenjatakan mitraliur yang diarahkan kepada pasukan taruna yang terjebak. Tentara Jepang yang berbaris di lapangan ikut pula memberikan perlawanan dengan merebut kembali sebagian senjata mereka yang belum sempat dimuat ke dalam truk milik TKR.

Terjadilah pertempuran yang tak seimbang, apalagi pengalaman tempur dan persenjataan para Taruna tak sebanding dsengan pihak Jepang. Taruna MAT menjadi sasaran empuk, diterjang oleh senapan mesin, lemparan granat serta perkelahian sangkur seorang lawan seorang.

Ketika mendengar pecahnya pertempuran, Mayor Daan Mogot segera berlari keluar meninggalkan meja perundingan dan berupaya menghentikan pertempuran namun upaya itu tidak berhasil. Mayor Daan Mogot bersama beberapa pasukannya menyingkir meninggalkan asrama tentara Jepang, memasuki hutan karet yang dikenal sebagai hutan Lengkong.

Namun Taruna MAT yang berhasil lolos menyelamatkan diri di antara pohon-pohon karet mengalami kesulitan menggunakan karaben Terni yang dimiliki. Sering peluru yang dimasukkan ke kamar-kamarnya tidak pas karena ukuran berbeda atau sering macet. Pertempuran ini tidak berlangsung lama, karena pasukan itu bertempur di dalam perbentengan Jepang dengan persenjataan dan persediaan peluru yang amat terbatas.

Dalam pertempuran, Mayor Daan Mogot terkena peluru pada paha kanan dan dada. Tapi ketika melihat anak buahnya yang memegang senjata mesin mati tertembak, ia kemudian mengambil senapan mesin tersebut dan menembaki lawan sampai ia sendiri dihujani peluru tentara Jepang dari berbagai penjuru.

Monumen Lengkong

Dari pertempuran di hutan Lengkong, 33 taruna dan 3 perwira gugur serta 10 taruna luka berat. Mayor Wibowo bersama 20 taruna ditawan, hanya 3 taruna, yaitu Soedarno, Menod, Oesman Sjarief berhasil meloloskan diri dan tiba di Markas Komando Resimen TKR Tangerang pada pagi hari.

Pasukan Jepang selanjutnya bertindak penuh kebuasan. Mereka yang telah luka terkena peluru dan masih hidup dihabisi dengan tusukan bayonet. Ada yang tertangkap sesudah keluar dari tempat perlindungan, lalu diserahkan kepada Kempetai Bogor. Beberapa orang yang masih hidup (walau mereka dalam keadaan terluka) dipaksa untuk menggali kubur bagi teman-temannya.

Tanggal 29 Januari 1946 di Tangerang diselenggarakan pemakaman kembali 36 jenasah yang gugur dalam peristiwa Lengkong disusul seorang taruna Soekardi yang luka berat namun akhirnya meninggal di RS Tangerang. Mereka dikuburkan di dekat penjara anak-anak Tangerang. Hadir pula pada upacara tersebut Perdana Menteri RI Sutan Sjahrir, Wakil Menlu RI Haji Agoes Salim yang puteranya bernama Sjewket Salim ikut gugur dalam peristiwa tersebut beserta para anggota keluarga taruna yang gugur. Dan bagi R.Margono Djojohadikusumo, pendiri BNI 1946, ia kehilangan dua putra terbaiknya yaitu Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna R.M. Soejono Djojohadikoesoemo (keduanya paman dari Prabowo Subianto).

Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Indonesia kemudian mengangkat Daan Mogot sebagai pahlawan nasional. Namanya juga diabadikan menjadi nama Jalan yang menghubungkan Jakarta dengan Tangerang. Jalan Ini memiliki sahabat setia yaitu Kali Mookervaat.

Daan Mogot tutup usia pada tanggal 25 Januari tahun 1946. Hanya sempat merasakan sebulan hidup di usia 17 tahun atau dikenal sebagai saat sweet seventeen saat ini. Mungkin bagi anak muda akan diperingati sebagai masa yang indah, namun bagi Hadjari Singgih, pacar Mayor Daan Mogot, adalah sebuah pengorbanan yang sangat berarti bagi negeri ini. Kado yang terindah darinya adalah dengan memotong rambutnya yang panjang mencapai pinggang dan menanam rambut itu bersama jenasah Daan Mogot.

Kini di antara kemewahan kawasan Serpong, Tangerang Selatan, “terselip” sebuah sejarah bernilai tinggi bagi Republik Indonesia. Sebuah rumah tua, bekas markas serdadu Jepang di Desa Lengkong, menjadi saksi “Pertempuran Lengkong.” Di sebelah kanan rumah itu berdiri sebuah monument yang dibangun sejak tahun 1993. Terukir sejumlah nama taruna dan perwira yang gugur dalam peristiwa heroik yang itu. Namun yang patut disayangkan adanya perbedaan antara museum Lengkong dengan obyek-obyek sejarah lainnya di Tanah Air ini.

Museum dan Monumen Lengkong bukanlah salah satu sarana obyek wisata yang bisa dikunjungi oleh masyarakat luas. Pemanfaatannya hingga saat ini hanya sekedar tempat peringatan peristiwa pertempuran. Sehingga banyak dari masyarakat sekitar yang tidak tahu akan keberadaan bangunan historis tersebut. Apalagi seharusnya di museum terpampang foto-foto perjuangan para taruna militer di Indonesia beserta akademinya, namun sayang sekali foto-foto bersejarah tersebut kini berada di Akademi Militer Tangerang dan akan dipasang kembali tiap tanggal 25 Januari dalam upacara peringatan peristiwa Pertempuran Lengkong.

Kisah kepahlawanan Daan Mogot menjadi tamparan bagi kita, saat usia muda ia telah berbakti untuk negerinya. Seharusnya kita terus kabarkan, agar para pemuda tahu bahwa sejarah negeri ini bermula dari kaum pemuda. Agar para orang pemimpin negeri ini tak memandang remeh pada jeritan kaum muda. Simak dan renungkan, apa yang terukir di pintu gerbang Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang :

Kami bukan pembina candi
Kami hanya pengangkut batu
Kamilah angkatan yg mesti musnah
Agar menjelma angkatan baru
Di atas kuburan kami telah sempurna

Kota Suku Indian Guatemala

| | | 0 komentar
Jika menyebut Piramida biasanya setiap orang pasti merujuk ke negara Mesir. Akan tetapi, tahukah Anda ternyata ada juga piramida yang berada di Amerika, tepatnya di Guatemala.

Bangunan ini tempat tinggal dan pemujaan sebagian Suku Indian. Berwisata ke Amerika Tengah cukup mengasyikkan. Pilihannya yang bisa dicoba adalah Guatemala. Selain wisata keliling ibu kota negara ini Guatemala City.

Jika kebetulan anda mengunjungi tempat ini pada hari minggu, di sebuah alun-alun yang cukup luas, dan sisi kanan kiri menjulang bangunan kuno yang antik, serta gereja tua yang indah. Pemandu menjelaskan, pada hari minggu ada semacam ”pasar kaget”, di mana banyak orang dari pedalaman pergi ke kota untuk menjajakan barang dagangannya, yang berupa hasil bumi atau kerajinan, di samping mereka pergi ke gereja.

Kios-kios kaki lima ramai berdiri. Warung-warung makan dipadati pengunjung. Penjaja kerajinan seperti kain-kain khas Indian berjajar. Tukang obat ramai menawarkan obatnya dengan suara speaker yang nyaring dan diselingi sulapan ringan. Anak-anak penyemir sepatu, menawarkan jasanya ke setiap pengunjung. Dan tak ketinggalan juru potret amatiran menawarkan jasanya untuk mengambil gambar pengunjung dengan menggunakan kamera instan yang langsung jadi.

Dengan profesional, pemandu menjelaskan keberangkatan menuju taman nasional. Ada beberapa peraturan yang boleh dan tidak boleh, selama berada dalam taman. Dan pemandu berhenti membelakangi sebuah pohon. Mulai ceritera tentang pohon Ceiba, yang menjadi ”pohon nasional”-nya Negeri Guatemala. Ceritera panjang lebar tentang sejarah pohon itu, kegunaan dan sangat bermanfaat bagi Suku Indian.

Kompleks bangunan Candi atau piramida ini memang tidak mengelompok, tapi membuat semacam lapisan. Lapisan pertama untuk penjagaan, tempat tinggal hulubalang kepala suku, tempat tinggal kepala suku, tempat untuk bermusyawarah dan tempat untuk pemujaan dewa. Diperkirakan ada lebih 3.000 bangunan, termasuk beberapa ”candi” yang tinggi menjulang di atas kanopi hutan yang megah. Kompleks bangunan ini diperkirakan dibangun 1.500 tahun yang lalu dan ditempati lebih dari 100.000 Suku Indian Maya.

Ada sebuah tempat lapang yang sangat luas, yang menjadi pusat dari kompleks candi ini. Di ujung barat menjulang candi yang cukup tinggi. Di bagian bawah ada batu-batu tempat musyawarah kepala suku beserta istri dan penasihatnya. Sisi yang berhadapan terdapat bangunan yang menjulang tinggi tempat peribadatan, serta sisi kanan dari bangunan utama beberapa bangunan untuk rakyat yang menanti pertemuan atau upacara.

Seperti halnya bangunan peninggalan sejarah, candi dan piramida juga dimakan usia. Penggalian-penggalian yang dilakukan oleh ahli purbakala, dilakukan sejak awal abad ke-19, saat mereka memulai eksplorasi ke Amerika Tengah. Penggalian bukit-bukit kecil yang ditumbuhi pepohonan yang di bawahnya merupakan bangunan candi dan piramida dilakukan. Sedikit demi sedikit, bangunan demi bangunan di renovasi. Hingga saat ini hasil dapat dilihat dan dinikmati wisatawan baik dalam atau luar negeri.

Beberapa bangunan utama, hingga saat ini masih direnovasi, karena candi yang berbentuk piramida ini mengalami pengikisan oleh air hujan. Berbeda dengan Candi Borobudur atau Prambanan atau candi lain di Jawa yang terbuat dari batu hitam dan keras. Candi-candi orang Indian ini terbuat dari batu kapur atau cadas yang tidak sekokoh candi di Indonesia. Namun ada banyak bangunan yang sudah hancur dan ditumbuhi pohon yang menjulang tinggi yang belum tertangani.

Untuk mencapai pucak bangunan yang tertinggi yang sudah dapat didaki, memerlukan tenaga ekstra, karena harus menaiki anak tangga. Ada juga tangga buatan dari kayu untuk bisa sampai ke puncak tertinggi dari bangunan lain. Setelah sampai di puncak, barulah bisa melihat semua hutan dan kompleks bangunan lain di dalam hutan ini.

Pengelolaan yang terpadu peninggalan arkeologi ini yang berada dalam kawasan hutan, membuat Taman Nasional Tikal menjadikan kawasan dan telah dideklarasikan sebagai Peninggalan Kebudayaan dan Kehidupan Alam untuk umat manusia modern saat ini. Untuk itu kawasan ini oleh Unesco ditetapkan sebagai World Heritage Site. Areal kawasan ini meliputi Taman Nasional Tikal seluas 57.600 Ha, Hutan alam San Miguel 49.500 ha dan Cagar Biosfeer Maya seluas satu juta hektare. Semua cagar ini menempati lebih kurang 10 % dari total luas Negeri Guatemala.

Selain wisata budaya yang disuguhkan di Taman Nasional Tikal, kawasan ini juga menyuguhkan wisata minat khusus. Berbagai satwa mudah dijumpai seperti, howler monkey dan spider monkey. Berbagai jenis burung yang berwarna warni mudah ditemukan sepanjang jalan menuju candi dan piramida. Seperti burung betet atau macaw, parkit, taucan dan berbagai jenis burung lainnya yang diperkirtakan ada sekitar 333 jenis. Selain itu beberapa jenis kadal atau sebangsa iguana juga banyak dijumpai, dan menjadikan daya tarik bagi wisatawan minat khusus, selain menikmati megahnya peninggalan Suku Indian Maya juga melihat kekayaan alam yang terjaga.

365 Tewas dan 5.500 Cedera demi Revolusi

| | | 0 komentar
Penggulingan Hosni Mubarak dari kekuasaannya selama 30 tahun sebagai Presiden Mesir meminta "tumbal" sekitar 365 orang tewas dan 5.500 lainnya menderita cedera dari semua pelosok negeri itu.

"Jumlah orang yang meninggal dalam aksi-aksi itu sekitar 365 orang dan 5.500 lainnya dirawat karena menderita luka-luka," kata Menteri Kesehatan Mesir Sameh Farid dalam satu pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi MENA, Rabu (16/2/2011).

Farid mengatakan, pihaknya masih menunggu laporan-laporan dari beberapa rumah sakit dan kantor-kantor kesehatan. Demonstrasi pecah pada 25 Januari yang menuntut pengunduran diri segera Mubarak dan menyerukan reformasi di bidang ekonomi dan politik.

Para pengunjuk rasa terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan kemudian antara pendukung dan musuh Mubarak.

Pada 11 Februari, Mubarak menyerahkan kekuasaan kepada dewan militer, yang berjanji akan memuluskan jalan bagi reformasi demokratis. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan, ratusan orang masih hilang setelah protes-protes itu.

"Ada ratusan orang ditahan, tetapi informasi tentang jumlah mereka masih belum lengkap. Angkatan Darat menahan sejumlah orang," kata Gamal Eid, pengacara yang memimpin Jaringan Arab bagi Informasi Hak Asasi Manusia.

Pergolakan yang mengakhiri kekuasaan Mubarak yang berlangsung 30 tahun menyebabkan pemogokan di sektor perbankan, transportasi, rawat kesehatan, perminyakan, pariwisata, tekstil, serta lembaga-lembaga media pemerintah dan negara.


Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/02/17/04035184/365.Tewas.dan.5.500.Cedera.demi.Revolusi

Perang China - Vietnam

| | | 0 komentar
Pada 1979, China menyerbu wilayah Vietnam. Konflik ini berlangsung selama sebulan.

Menurut stasiun berita BBC, invasi China ini untuk membalas aksi militer Vietnam yang telah membunuh dan melukai 300 tentara dan warga sipil mereka di perbatasan.

Hubungan Beijing dan Hanoi telah memanas sejak setahun sebelumnya, saat Vietnam menyerbu Kamboja yang merupakan sekutu dekat China .

Sejak saat itu, China telah mengerahkan tidak kurang dari 150 ribu pasukan ke perbatasan Vietnam guna memaksa Hanoi menarik tentaranya dari Kamboja

Hanya dalam hitungan hari, seluruh wilayah Vietnam utara jatuh ke tangan China. Hanoi, yang menyadari keunggulan militer Cina, memilih melakukan taktik gerilya daripada berhadapan langsung dengan pasukan Tirai Bambu tersebut.

Setelah hampir satu bulan menggelar operasi militer, pada 16 Maret 1979, China menarik tentaranya dari Vietnam. Invasi China ke Vietnam tersebut gagal memaksa Hanoi menarik tentaranya dari Kamboja. Vietnam tetap menempatkan tentaranya di Kamboja hingga 1989.

www.vivanews.com

Kebohongan Pria Ini Jadi Dasar AS Serbu Irak

| | | 0 komentar
Elin Yunita Kristanti, Denny Armandhanu

Pada tahun 2003, dengan alasan Irak memiliki senjata pemusnah massal, Amerika Serikat dan sekutunya menyerang Irak. Ratusa ribu orang tewas, rezim Saddam Hussein pun runtuh.

Namun, kini terbongkar, bahwa dalih Amerika itu adalah hasil sebuah kebohongan yang dihembuskan seorang pembelot kepada Gedung Putih.

Seperti dilansir laman The Guardian, Selasa, 15 Februari 2011, pembelot itu bernama Rafid Ahmed Alwan al-Janabi. Di kalangan intelijen AS dan Jerman, dia dikenal dengan nama 'Curveball'.

Kepada The Guardian, Janabi mengaku melakukan hal itu karena membenci kediktatoran Saddam Hussein. Dia lalu memberikan informasi palsu kepada lembaga intelijen kedua negara bahwa Irak memiliki sejumlah truk senjata biologi pemusnah massal yang dapat berpindah-pindah.

“Saya tidak suka dengan rezim Saddam. Saya ingin memusnahkannya dan inilah kesempatan satu-satunya,” ujar Janabi.

'Informasi' dari Janabi ini lalu dijadikan pembenaran bagi dilancarkannya serangan militer AS ke beberapa kota di Irak pada Maret 2003.

Ketika itu, keterangan Janabi ini bahkan dijadikan rujukan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat kala itu, Colin Powell, dalam pidatonya di sidang PBB. Powell mengatakan dia mendapatkan informasi kepemilikan senjata pemusnah massal tersebut dari sumber yang terpercaya.

“Saudara-saudara sekalian, setiap pernyataan yang saya buat hari ini didukung oleh sumber yang kuat. Ini tidak dibuat-buat. Apa yang kami paparkan adalah fakta dan kesimpulan yang didasarkan pada laporan intelijen yang solid,” ujar Powell.

Ternyata, ketika itu Powell tidak diberi tahu bahwa salah satu sumber dimaksud adalah Curveball--yang oleh Badan Intelijen Pertahanan AS telah dinyatakan mencurigakan dan tak kredibel.

Janabi sendiri mengaku, kebohongan dia telah terbongkar pada pertenghaan tahun 2000, ketika BND (badan intelijen Jerman) berbicara dengan mantan boss-nya di Komisi Industri Militer Irak, Dr. Bassil Latif. Kala itu, Latif sudah dengan keras membantah semua dongeng Janabi.

Ditemui Guardian di kediamannya di Jerman, negara yang memberikannya suaka, Janabi mengatakan tak menyesal telah menciptakan kebohongan yang berdampak luar biasa itu. Dia bersikeras tak ada cara lain untuk menjatuhkan rezim Saddam selain mengarang cerita tersebut.

“Ketika saya mendengar orang-orang terbunuh di Irak, saya sedih. Tapi coba berikan saya solusi lainnya. Dapatkah kalian memberikan saya solusi?” ujar Janabi. “Percayalah, tidak ada cara lain untuk membebaskan Irak. Tidak ada kemungkinan lain."

Lebih dari 100 ribu orang warga Irak tewas akibat agresi militer AS ke Irak. Saddam Husein tumbang pada April 2003 dan Saddam dihukum gantung atas tuduhan pembantaian warga di Dujail pada 1982. (sumber: Guardian, msnbc.com | kd)



www.vivanews.com
http://dunia.vivanews.com/news/read/204967-kebohongan-pria-ini-membuat-as-serang-irak

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?