Malang benar nasib Sugiono (30), korban mobil terbakar akibat ledakan kembang api di jalan Kamal Raya, Jakarta Utara, Selasa lalu. Sugiono akhirnya meregang nyawa setelah beberapa hari mendapat perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Jakarta.
Mobil yang ditumpangi Sugiono dan empat rekannya, yakni Asmo (37), Kateni (37), Cecep (45), Sugiono (29), dan Wargiman hendak memusnahkan 3.171 kembang api milik PT Toyindo Perkasa yang telah kadaluwarsa.
Ledakan keras yang kemudian berujung pada kematian Sugiono ini membuat miris. Apa pasal?
Mobil yang ditumpangi Sugiono ini meledak satu hari menjelang bulan Ramadhan, yakni ketika pihak kepolisan telah mendengungkan pelarangan membunyikan petasan selama bulan Ramadhan. Selain bisa membahayakan nyawa manusia, petasan, termasuk kembang api, mengundang kebisingan.
Bahaya kembang api sebenarnya sudah dipahami oleh Sugiono, seperti penuturan Vivi (15) keponakan almarhum yang ikut menunggui jenasah, “Oom tidak pernah bawa petasan ke rumah. Takut bakal meledak di dalam rumah.” Naasnya, Sugiono malahan menjadi korban ledakan kembang api yang telah merenggut nyawanya
Keluarga ikhlas
Beberapa saat sebelum akhirnya meninggal, Sugiono mengeluh sesak nafas. Ia minta dipanggilkan perawat. Sugiyono sesak nafas karena luka bakar yang dialaminya menutupi saluran pernafasan.
Menurut Ika, istrinya, luka bakar yang dialami suaminya mencakup muka, tangan, kaki, bagian belakang tubuh, dan tersisa bagian depan saja. “Tak ada firasat apapun Yono akan pergi,” ujarnya pilu. Bahkan menurut Ika, kondisi terakhir Sugiyono terlihat membaik, ia telah bisa menggerakkan kaki dan tangannya.
Ika dan keluarganya tidak ingin menyalahkan siapapun. Bagi mereka, ini adalah musibah akibat kecelakaan kerja. “Kami tidak akan menuntut perusahaan. Kami juga telah mendapatkan santunan,” ujar Ika.
Almarhum Sugiono dikenal pekerja keras, sebelum bekerja di PT Toyindo Perkasa, Sugiono bekerja borongan di pabrik kaca. Karena bangkrut perusahaan kaca itu tutup, Sugiyono pun kena PHK. Sesudahnya Sugiono tak patah arang, ia kerja serabutan. Hingga seorang tetangga menawari untuk bekerja di PT. Toyindo, Sugiono dengan senang menerimanya.
Di mata keluarga dan warga di sekitarnya, Sugiono dikenal baik dan tanpa pamrih. “Yono itu tidak mau menyusahkan siapapun. Kalau dia masih kuat melakukan pekerjaan, ya akan dilakukan sendiri,” kata Ika.
“Orangnya tidak pamrih, selalu jawab iya kalau dimintain tolong,” tambah Suparman (48), Ketua RT 08 Kampung Palsi Gunung Cimanggis Depok.
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar