SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Mereka Lebih Suka Dipanggil Budaknya Cornelis

| | |
Salah satu keturunan Belanda Depok Suzana Leander, sekaligus pengurus Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). (Foto: Marieska Harya Virdhani/okezone)

{baca juga : Siapa Sebenarnya Belanda Depok?}

Dua belas marga keturunan budak-budak yang dipekerjakan untuk merawat tanah perkebunan dan pertanian milik Cornelis Chastelein, mengaku merasa terhina jika disebut Belanda Depok. Pasalnya sebutan Belanda Depok seperti suatu celaan yang menyamakan mereka dengan bangsa penjajah.

Salah satu keturunan mereka yang juga anggota Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), Suzana Leander menuturkan, mereka lebih senang jika dipanggil budak-budak. Karena secara fisik saja, kata Suzana, mereka memang orang Indonesia asli yang kebetulan dipekerjakan oleh Cornelis Chastelein, bukan orang asing yang memiliki logat atau aksen Belanda.

"Kami tersinggung jika dipanggil Belanda Depok, itu penghinaan buat kami, Belanda kan kulitnya putih rambutnya pirang. Kami itu pribumi, beda. Kami bukan penjajah," tegasnya saat berbincang dengan okezone di kantor, Pancoran Mas Depok.

Suzana sendiri, memang sama sekali tidak berperawakan layaknya keturunan bangsa Belanda. Suzana berkulit coklat, bermata dan berambut hitam, tidak memiliki postur tinggi layaknya orang-orang Eropa, serta tidak pula bisa berbahasa Belanda yang kerap kali memanggil orang pribumi dengan sebutan inlander.

"Hanya kakek nenek dan orang tua kami saja yang mengerti bahasa Belanda, karena memang dibesarkan dan hidup pada zaman Cornelis Chastelin. Kami sama sekali tidak bisa berbicara bahasa Belanda. Mungkin ada beberapa di antara kami yang hanya mengerti tapi tidak bisa mengucapkan, karena kami memang orang Indonesia asli. Coba saja bedakan, tak ada beda," tuturnya lagi.

Kini di bawah naungan YLCC, mereka aktif di semua kegiatan kerohanian gereja, dan memberikan bantuan bagi keturunan mereka yang sudah jompo. Suzana menambahkan, mereka ingin mencerdaskan keturunan mereka serta masyarakat umum dengan membangun SMP Kasih yang berada dalam satu gedung dengan YLCC.

"Karena itu, meski kami tergabung dalam satu komunitas, tapi kami tetap hidup membaur," ujarnya.

Cita-cita Cornelis Chastelein ingin mempersatukan Depok, kini terwujud dengan bergabungnya Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sawangan. Dahulu, kata Suzana, masyarakat dari kecamatan di luar Kecamatan Pancoran Mas tak mau mengaku berasal dari Depok karena faktor perbedaan agama.

"Dulu mana mau orang Beji mengaku orang Depok, karena Depok hanya kecamatan Pancoran Mas," jelasnya.(hri)

okezone

0 komentar:

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?