Belakang dari kiri ke kanan: Sugeng Saleh, Karta Sabeni, Tubagus Isnaeni, Marsadi Marcel. Duduk: Marie Claude Suminen Tubagus, Nyonya Marsadi Marcel dan Marie Tukinah Karta Sabeni.
Bagaimana sebenarnya hidup orang Jawa di Kaledonia Baru? Kalau di sana enak,mengapa ada juga di antara mereka mau kembali ke Indonesia?
Penuturan Sugeng Saleh, Marie Claude Suminem Tubagus, Tubagus Isnaeni, Marie Tukinah Karta Sabeni dan Karta Sabeni.
Yang sangat mengherankan Sugeng Saleh, kelahiran Kaledonia Baru, ketika tinggal di Jalan Halimun Jakarta, karena Jakarta seperti sarang semut.
Setelah tiga tahun kontrak kerjanya habis, Karta Sabeni bekerja di tempat lain. Yang ia rasakan enak adalah perlakuan Pemerintah Perancis terhadap dia sebagai Warga Negara Indonesia.
Di tempat asing, bukan tanah air sendiri, orang haruslah bekerja keras. Itu yang dirasakan oleh Tubagus Isnaeni dan Karta Sabeni. Seusai kontrak, Sabeni berpindah kerja untuk mencari pengalaman. Ia menjadi mandor di perusahaan bangunan. Di situ ia bekerja selama 13 tahun. Setelah itu ia berusaha sendiri, mengimpor barang-barang kesenian dari Indonesia, dijual kepada toko-toko yang berminat.
Nyonya Sabeni, sebagai isteri, membantu suaminya dengan bekerja di sebuah perusahaan, karena mempunyai 3 anak lelaki dan tiga anak perempuan. Kini sudah sama-sama pensiun dan tinggal mengurus cucu.
Teman Nyonya Sabeni adalah Nyonya Tubas Isnaeni, yang kembali ke Indonesia pada usia 9 tahun. Di Indonesia ia harus menyesuaikan diri. Karena itu turun satu kelas, yang dianggapnya membuang waktu. Tidak banyak kenangan di Kaledonia Baru. Seingat dia ketika zaman Jepang, ada serangan udara, di kampungnya di Kaledonia Baru, karena ada rumah terbakar, sehingga ke situlah serangan udara ditujukan.
Bagi Sugeng tidak banyak juga yang diketahui di masa Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Seingat dia pada waktu itu ada orang yang meneriakkan merdeka, tetapi ia sendiri tidak mengerti.
Aktivis Persatuan Bangsa Indonesia
Nyonya Tubagus menuturkan bahwa ayahnya seorang aktivis PBI, sehingga banyak informasi mengenai Indonesia diterimanya, termasuk ketika Indonesia merdeka. Sebagai seorang nasionalis, ayahnya sulit bergaul dengan orang lain, kecuali dengan sesama Jawa. Itulah sebabnya sekeluarga pulang ke Indonesia. Tetapi malang, uang yang sudah ditanamkan di koperasi Pembuatan Kapal di Gresik itu tidak tahu kemana juntrungannya, sehingga mereka memutuskan untuk bertransmigrasi ke Metro, Lampung.
Koperasi ini ternyata telah menelantarkan orang-orang Jawa yang punya harapan kembali ke Indonesia memperoleh pekerjaaan, tetapi "malah tertipu," kata Nyonya Tubagus. "Bahkan ada beberapa yang menggantung diri," tambahnya.
Pengalaman Tubagus Isnaeni sendiri selama di Kaledonia Baru harus bekerja keras. Baginya bekerja di Kaledonia Baru tidaklah asing, karena di Jakarta ia pun bekerja pada perusahaan Perancis.
Sesampai di Jakarta, Sugeng meneruskan sekolahnya di STM Budi Utomo, Jakarta. Lalu sambil bekerja ia mengikuti pendidikan di Instittute for Business Law and Management. Ia bekerja di Kedutaan Perancis di bagian Ekonomi dan Perdagangan.
Karta Sabeni merasakan kehidupan di Kaledonia Baru lebih baik, karena di sana ia mempunyai ruko (rumah & toko). Setelah pensiun ia mendapat jaminan sosial di samping asuransi.
Kelima orang ini menyatakan tidak ada kerinduan untuk kembali ke Kaledonia Baru, karena sudah tidak mempunyai keluarga. "Kalau sekali-sekali pergi menengok ke sana, sih, boleh," kata Nyonya Tubagus. "Saya ingin ketemu teman lama untuk menanyakan bagaimana keinginan mereka, setelah ada gerakan kemerdekaan Kanak," tambah Sugeng Saleh.
IKKB
Ikatan Keluarga Kaledonia Baru didirikan pada 17 Januari 1998, bertujuan untuk menjalin hubungan kekeluargaan dan membicarakan kesejahteraan. Tetapi sampai sekarang ternyata untuk mengumpulkan orang itu sulit, karena mereka menghadapi kesulitan ekonomi. "Banyak orang dari Kaledonia Baru yang belum sejahtera," kata Nyonya Tubagus. Sampai sekarang sudah ada tiga kepengurusan. Pertama diketuai Marsadi Marcel, kedua Suryadi dan ketiga Sugeng Saleh. Walaupun bertujuan mulia, IKKB tidak mampu melaksanakannya dengan baik, karena tidak punya uang. Anggota yang aktif di Jakarta semula 98 Kepala Keluarga, tetapi sekarang tinggal 35 Kepala Keluarga saja. Sulit untuk mengundang orang Jawa yang pernah tinggal di Kaledonia Baru untuk berkumpul setiap bulan.(DX-Komunikasi 16/06/2002)
http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/dokumentasi/media/kaledonia_baru_xii.html-redirected
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
1 komentar:
Padahal jika disebutkan di sini alamat sekretariat Ikatan Keluarga Kaledonia Baru tentu akan memberi informasi pada keluarga-keluarga yang tidak tahu keberadaan organisasi ini.
Salam,
S.DJASMAN DJAKIMAN
Posting Komentar