IWAN SANTOSA
Madam Lee Kwan Yew, istri negarawan besar Singapura, Lee Kwan Yew, yang terlahir sebagai Kwa Geok Choo (89), baru saja berpulang, Sabtu (2/10/2010) di kediaman keluarga di Oxley Road, Singapura. Pada saat bersamaan, Lee Kwan Yew pun baru pulih dari perawatan di Singapore General Hospital.
Seluruh Singapura berduka. Selama beberapa hari, liputan media, seperti The Straits Time, dihiasi cerita mengenang Kwa Geok Choo, yang menjadi pendamping setia Lee dalam 60 tahun karier politik dan membangun Singapura mencapai tingkat kemakmuran tertinggi di Asia saat ini.
Pasangan serasi yang berkenalan di Inggris saat menempuh pendidikan tinggi itu sebetulnya memiliki kesamaan, yakni memiliki leluhur dari Pulau Jawa, Indonesia.
Baik dari kakek-nenek Lee Kwan Yew dan Kwa Geok Choo, masing-masing memiliki salah satu akar keluarga di sejumlah tempat di Indonesia, yakni Pulau Jawa dan Kalimantan.
Sejarawan Didi Kwartanada, alumnus National University of Singapore, yang dihubungi pada Senin (4/10) petang, menjelaskan, ”Lee Kwan Yew mengakui, kakeknya yang bernama Lee Hoon Leong, kelahiran Singapura (1871), dan pekerja di kapal uap sebagai purser yang melayani jalur Singapura-Hindia Belanda. Maskapai pelayaran tempat dia bekerja adalah Heap Eng Moh Shipping Line, yang dimiliki konglomerat pertama Asia Tenggara, Oei Tiong Ham asal Semarang, Jawa Tengah.
”Lee Hoon Leong (26) bertemu gadis Ko Lien Nio (16) yang dijumpai dan dinikahi di Semarang, Jawa Tengah, tahun 1899. Lalu, lahirlah Lee Chin Koon, ayah Lee Kwan Yew,” kata Didi.
Asal Semarang
Lebih lanjut, Lee Kwan Yew, ujar Didi, kakek dari pihak ibunya, Chua Jim Nio, yakni Chua Kim Teng, memiliki asal-usul dari Semarang dan Malaka di Semenanjung Malaya.
Malaka adalah bagian dari straits settlements Inggris yang mencakup Penang dan Singapura. Wilayah straits settlements memiliki populasi penduduk Tionghoa peranakan yang cukup besar yang dikenal sebagai The Straits Chinese.
Istri ketiga Chua Kim Teng, yakni nenek dari pihak ibu Lee Kwan Yew, adalah Neo Ah Sung, yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Lee dalam memoarnya mengaku, sang nenek bisa berbicara dalam dialek Hakka (Ke Jia) dan Melayu Pontianak.
Demikian pula keluarga dari istri Lee Kwan Yew, dari pihak ayah Kwa Geok Choo yang bernama Kwa Sew Tee adalah seorang Bankir OCBC yang memiliki akar keluarga kelahiran Jawa. Namun, tidak dijelaskan di kota mana di Jawa yang menjadi asal keluarga ayah Madam Lee Kwan Yew. Sementara dari pihak ibu, Didi menjelaskan, berasal dari Straits Born Chinese.
”Itu sebabnya Lee Kwan Yew dalam memoarnya menjelaskan, dia dan istri memiliki banyak kesamaan dari bahasa dan norma karena adanya asal-usul dari Straits Chinese dan Nusantara,” ujar Didi.
Beberapa aktivis peranakan Tionghoa di Singapura mengakui adanya kedekatan kultural Lee Kwan Yew dengan Indonesia. ”Baru belakangan kebudayaan peranakan akhirnya diakui dan diangkat Pemerintah Singapura,” kata seorang tokoh peranakan Singapura.
Kedekatan itu tidak mengada-ada, Didi mengungkapkan, Widodo Sutiyo, seorang diplomat senior yang menjadi penerjemah Presiden Soeharto semasa Orde Baru, mengaku, pertemuan Lee Kwan Yew-Soeharto tidak pernah menggunakan penerjemah. ”Mereka selalu bertemu empat mata dan berkomunikasi dengan bahasa pasaran. Berbeda dengan pertemuan Pak Harto dengan Perdana Menteri Goh Chok Tong yang memerlukan penerjemah,” ujar Didi mengutip keterangan Widodo, yang pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan.
Editor: Jimmy Hitipeuw | Sumber : Kompas Cetak
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar