SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Malapetaka Ekonomi Melanda AS

| | |
29 OKTOBER 1929
Harga saham jadi tak bernilai. Banyak bank di AS saat itu bangkrut, masyarakat pun panik.

Tepat 81 tahun lalu, ketidakstabilan ekonomi dunia mencapai puncaknya. Pada 29 Oktober 1929 - yang dikenal sebagai "Kamis Kelabu" - sebanyak 16 juta saham diobral di bursa Wall Street, New York.

Laman stasiun televisi The History Channel mengungkapkan bahwa saat itu miliaran dolar Amerika Serikat (AS) raib seketika. Alat pencatat transaksi saham terlambat berjam-jam karena tingginya frekuensi perdagangan.

Kepanikan di Wall Street ini berawal dari aturan pasar bebas yang diberlakukan Presiden Herbert Hoover. Akibatnya spekulan merajalela, hutang-hutang dihapuskan, dan jumlah pinjaman bank melampaui ketersediaan likuiditas.

Kamis Kelabu menandai awal era Depresi Besar, yang juga disebut zaman Malaise. Sebagian besar bank AS yang menginvestasikan dana simpanan nasabah mereka di bursa saham terpaksa tutup. Gelombang panik muncul, masyarakat berdesakan di bank untuk menarik uangnya. Ini menyebabkan sejumlah bank lain juga terpaksa berhenti beroperasi.

Industri terkena dampak besar. Mereka kehilangan modal yang mereka simpan di bank atau bursa saham. Banyak perusahaan tutup. Sementara yang bertahan melakukan pemangkasan pegawai. Angka pengangguran membumbung tinggi dan demonstrasi menuntut revolusi sosial digelar di seluruh penjuru dunia.

Kekacauan ekonomi diikuti kekeringan dan badai pasir sehingga sektor pertanian yang biasanya tidak terkena dampak krisis ekonomi juga terhantam. Bahkan sebelum Depresi, petani kecil telah menderita karena penemuan traktor membuat pertanian besar mengurangi lowongan pekerjaan untuk mereka.

Periode kelam ini berakhir ketika Jepang menyerang Pearl Harbor pada 1941. Keputusan AS untuk terlibat dalam Perang Dunia II menimbulkan gairah dalam industri pertahanan. Senjata, alat perang, kapal, dan jet tempur dibutuhkan segera. Warga pria direkrut menjadi tentara. Sementara warga perempuan tetap di AS dan memastikan perusahaan terus beroperasi.
• VIVAnews

0 komentar:

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?