SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Penghuni "Apartemen" Mesti Ngalah Sama Gubernur

| | |
Bukan hanya masyarakat pengguna jalan yang harus mengalah dengan mengurangi laju kendaraannya, saat pasukan pengawal pejabat melintas di jalan yang sama, untuk mengamankan lalu lintas. Namun para penghuni “apartemen gantung” pun mengalami hal serupa.

Bagi yang belum tahu apa itu “apartemen gantung”, penulis akan memberi sedikit clue. Pernah lihat sejumlah orang yang tinggal di antara ruas-ruas beton di kolong jembatan? Kebanyakan, tempat yang tak lebih dari ukuran 3x1 meter itu mereka namakan “rumah” atau meminjam istilah keren “apartemen”.

Nah, posisinya yang seakan menggantung itulah yang biasanya disebut “apartemen gantung”. Biasanya Anda bisa jumpai pemandangan ini di kawasan Pasar Rumput, Manggarai

Menurut para penghuni di sana, butuh keberanian dan keterampilan khusus untuk tinggal di sana. Seperti keterampilan untuk menjaga keseimbangan saat tubuh dalam keadaan terlelap di atas aliran sungai. Jika tubuh berbalik 180 derajat, celakalah. Dalam sekejap air akan membuat badan hanyut aliran sungai.

Mengapa mereka memberanikan diri tinggal di tempat yang penuh risiko? Apalagi kalau bukan ekonomi. “Abis mau tinggal di mana lagi? Kostan harganya Rp400 ribu, mahal. Mending tinggal di sini,” kata Linan (58), salah satu penghuni “apartemen gantung” di Jembatan Guntur kepada okezone, belum lama ini.

Meski merasa tenang karena terbebas dari biaya kost atau kontrak, bukan berarti mereka aman-aman saja tinggal di sana. Salah satu contoh alasan mereka “diusir” dari situ yaitu saat pejabar daerah datang.

“Kami sering diusir Trantib (baca: Satpol PP). Alasannya mereka, ada walikota atau gubernur mau mantau aliran sungai. Padahal kita nggak mengganggu mereka. Kita mesti tinggal di mana lagi,” ungkap Linan.

Namun bila dihitung-hitung, jumlah penghuni di sana saat ini tak sebanyak dahulu. Beberapa bulan yang lalu, jumlah penghuni jembatan Guntur mencapai 20 orang. Mereka menata ruas beton dengan kayu triplek sebagai tempat hunian. Hampir seluruh penghuni tinggal bersama keluarga mereka.

Linan bercerita, berkurangnya penghuni di sana karena sejak petugas Trantib mengobrak-abrik tempat hunian, mereka enggan menanggung risiko bila sampai diangkut dan dibawa ke panti sosial.
(lsi)

http://news.okezone.com/read/2010/10/25/338/385950/penghuni-apartemen-mesti-ngalah-sama-gubernur

0 komentar:

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?