Di kampung Lanipa, Ponrang, dalam wilayah Luwu yang dikelilingi hutan belukar, disitulah Kahar lahir dan menjalani masa kecil. Dia lahir pada tanggal 24 Maret tahun 1921.
Kahar kemudian bergabung dengan anak-anak yang lain, bermain dan berlari kekanak-kanakan. Permainan masa kecilnya adalah perang-perangan. Dari permainan itu, karakter keberaniannya terbentuk.
Kahar bermain hingga Maghrib menjelang. Sehabis bermain, dia langsung pulang ke rumah untuk mandi dan menyiapkan diri mengikuti shalat Maghrib. Shalat maghrib diimami langsung oleh ayahnya, Malinrang. Sehabis shalat, dia lalu mengaji, diajari oleh ibunya, Kaesang.
Malinrang adalah seorang pedagang. Dia berdagang sampai ke wilayah Kalimantan; bahkan Malaysia. Dari hasil dagang, dia banyak membeli tanah di daerah Luwu. Dia pun terkenal sebagai tuan tanah. Dari hasil usahanya, Malinrang ingin anaknya bersekolah tinggi. Pada umur 7 tahun, Kahar pun dimasukkan ke Sekolah Rakyat (SR) di Lanipa.
Sejak kecil, Kahar juga sudah mengenali organisasi pergerakan, semisal Sarekat Islam dan Partai Komunis Indonesia. Dia biasa mendengarnya dari cerita tamu-tamu yang biasa mengunjungi ayahnya atau cerita orang-orang yang sedang asyik bermain domino. Kahar memang sangat hobi bermain domino. Bahkan, dia biasa bermain domino sampai pagi. Orang-orang sekitarnya pun menggelarinya La Domeng, pemain domino.
Kahar selesai dari SR pada 1934. Dia kemudian melanjutkan ke Sekolah Standar Muhammadiyah (SSM) di daerah Palopo. Dia terdaftar sebagai siswa di SSM pada 1935. Di SSM, pikiran Kahar terbuka. Dia banyak memperoleh pengetahuan baru, tentang perhitungan, membaca, organisasi, dan pengkaderan.
Kahar selesai dari SSM pada 1938. Dia kemudian melanjutkan sekolahnya ke tanah Jawa. Dia bersekolah di Muallim Muhammadiyah (MM) di Solo, Jawa Tengah. Solo adalah pusat pendidikan kala itu dan juga tempat lahir dan berkembangnya organisasi Muhammadiyah.
Di MM, Kahar banyak mengikuti kegiatan-kegiatan kepemudaan. Dia pun bergabung dengan organisasi pemuda yang diasuh Muhammadiyah, Hizbul Wathan. Kahar juga sangat kagum kepada seorang gurunya: Prof. Abdul Qahhar Mudzakkir. Saking kagumnya, Kahar sampai menggubah namanya menjadi Abdul Qahhar Mudzakkar.
Baru setahun mendiami Solo, Kahar sudah menguasai daerah itu. Dia pun banyak berkeliling dan bergaul dengan para pemuda. Suatu ketika, dia bertemu dengan gadis Solo yang menarik hatinya, Warlina. Dia pun berkenalan dengannya dan menjadi akrab. Merasa sudah cocok dengan Warlina, Kahar segera melamarnya dan diterima. Pernikahan Kahar-Warlina pun berlangsung dengan sangat sederhana.
Sibuk mengurusi keluarga dan aktif di organisasi kepemudaan, membuat Kahar malas bersekolah. Kahar pun akhirnya tidak menyelesaikan sekolahnya di MM. Bersama istrinya, dia pun kembali ke Luwu, kampung halamannya.
[Dirangkum dari pelbagai sumber]
http://sejarah.kompasiana.com/2011/06/03/abdul-qahhar-mudzakkar-perang-perangan-sekolah-organisasi-dan-nikah-muda/
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar