SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Abdul Qahhar Mudzakkar: Bersekutu dengan Jepang dan Terusir dari Luwu

| | |
Pada 1941, Kahar membawa istrinya Warlina ke Luwu. Mereka pun menetap di Palopo. Kahar kemudian bekerja membantu ayahnya dan juga mengaktifkan gerakan Hizbul Wathan Muhammadiyah. Wilayah kerajaan Luwu dijajah oleh Belanda kala itu.

Setahun kemudian, Kahar mendengar bahwa tentara Jepang mendarat di Indonesia dan telah memasuki Makassar. Jepang hendak mengambil alih kekuasaan dari Belanda.

Karena hal tersebut, pikiran strategis Kahar muncul. Dia mengumpulkan pemuda-pemuda Hizbul Wathan dan memberi arahan untuk bersekutu dengan Jepang.

“Kawan-kawan! Hari ini, saya sengaja mengumpulkan kalian di sini untuk menyampaikan informasi yang sangat penting, dan ini untuk kepentingan masa depan kita. Tentara Jepang telah masuk ke Makassar. Sekarang kita harus menentukan sikap: apakah kita menolak kedatangan mereka atau menerimanya sebagai kelanjutan penjajahan terhadap bangsa kita?”

“Menurut saya, kita tidak boleh langsung melakukan perlawanan, sebab kita tidak punya kekuatan senjata. Kita terlebih dahulu perlu bekerja sama untuk mengusir Belanda. Setelah merasa kuat, kita balik haluan melawan Jepang. Bagaimana pun, Belanda dan Jepang sama-sama penjajah. Keduanya tidak boleh dibiarkan, harus diusir!”

“Untuk itu, strategi awal kita adalah kooperatif dengan pemerintah Jepang,” Kahar memutuskan.

Kahar kemudian seorang diri menemui tentara Jepang di Makassar dan pemerintah Jepang pun bersepakat. Tentara Jepang dibantu pemuda-pemuda Palopo berhasil menangkapi orang-orang Belanda, termasuk orang-orang pribumi yang membantu Belanda.

Jepang pun mengambil alih Sulawesi (Celebes) dari Belanda. Sulawesi kemudian dijadikan sumber pangan beras yang kemudian disalurkan ke seluruh wilayah Indonesia. Kahar sendiri dipekerjakan di kantor Administrasi Jepang, Nippon Dahopu, di Makassar.

‘Tak lama, jiwa pemberontakan Kahar muncul. Apalagi Kahar menilai hubungan bangsawan Kerajaan Luwu sangat mesra dengan Jepang, sampai-sampai Raja Luwu tidak mampu melindungi rakyat jelata yang hasil panennya diperas oleh Jepang.

Langkah strategis kembali diambil Kahar, memecah kaum bangsawan di Kerajaan Luwu menjadi dua: pro Jepang dan kontra Jepang. Strategi yang kemudian dicium oleh Jepang.

Kahar pun dipecat dari Nippon Dahopu. Sebagian kaum bangsawan juga menaruh benci padanya karena telah memecah kesatuan di Kerajaan Luwu.

Karena hal tersebut, Raja Luwu pun menjatuhkan hukum adat kepada Kahar, yaitu mengusir Kahar dari Luwu atau yang dalam bahsa Bugis disebut ripaoppangi tana.

Keputusan Raja Luwu tersebut mengagetkan masyarakat Luwu karena yang pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, tidak ada satu pun orang Luwu yang pernah diusir dari kampung halamannya.

Bagi Kahar, pengusiran tersebut sangat mengganggu harga dirinya (siri’). Dia pun berjanji -setelah terusir- akan kembali ke tanah Luwu memperlihatkan kemampuannya.

Selanjutnya, Kahar bersama istrinya kembali ke kampung halaman istrinya di Solo, Jawa Tengah.

Sumber: Kahar Muzakkar, oleh A. Wanua Tangke dan Ahmad Nasyaruddin

http://sejarah.kompasiana.com/2011/06/04/abdul-qahhar-mudzakkar-bersekutu-dengan-jepang-dan-terusir-dari-luwu/

0 komentar:

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?