SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Dien Tamaela, Gadis Maluku di Sanubari Chairil

| | |
Puisi Cerita Buat Dien Tamaela ternyata dibuat pujangga Chairil Anwar sebagai pelampiasan kemarahan atas perasaannya pada Dien Tamaela yang tak tersampaikan.

Tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana Dien berkenalan dengan Chairil Anwar. Tapi baik Dien maupun Chairil sama-sama sering bolak-balik Jakarta-Yogyakarta.

Di Yogyakarta, Dien tinggal bersama keluarga Tahya-Pattiradjawane, saudara ibundanya yang biasa disapa Tante Putih. Keluarga Tahya-Pattiradjawane mengelola sebuah asrama pelajar dan Dien tinggal di situ jika ke Yogyakarta.

Chairil memang kemudian akrab dan jatuh cinta pada Dien. Tapi Chairil setiap kali harus mengurut dada. Sebab dia harus berhadapan dengan dua perempuan bermarga Pattiradjawane yakni Mien di Jakarta, dan Tante Putih di Yogyakarta.

Chairil sendiri dikenal sebagai pemuda petualang, tidur di mana saja, jarang mandi, jarang ganti baju, tukang begadang dan selalu kekurangan uang. Dengan penampilannya kumal, hal ini sangat kontras dengan Dien.

Tiap kali Chairil bertamu, selalu kena semprotan kata-kata dari dua perempuan Pattiradjawane. Meskipun berkali-kali kena damprat, Chairil selalu saja muncul dengan penampilan dekilnya.

Cerita tentang tifa, pala, laut, sampan, pulau, datuk-datuk yang kemudian muncul dalam puisinya, sesungguhnya ekspresi kemarahan Chairil pada perempuan Pattiradjawane yang menjadi penghalang cintanya pada Dien. Chairil menangkap kisah-kisah tentang Maluku dari perempuan-perempuan itu.

Tahun 1947, Dien beberapa kali ke Yogyakarta. Waktu itu, puisi Cerita Buat Dien Tamaela sudah mulai menjadi buah bibir di Yogyakarta dan Jakarta. Chairil juga sering Yogyakarta.

Tapi menurut Dee, kakaknya itu seorang yang tidak banyak bicara sehingga tidak pernah bercerita sejauh mana hubungannya dengan Chairil. "Dien tidak pernah bercerita tentang Chairil," kata Dee.

Dee menceritakan beberapa momen penting dalam hidup Dien. Meskipun mengakui Dien berkawan dengan Chairil Anwar, namun Dee memastikan bahwa kedua sejoli itu tidak sampai menikah.

Selain Dien tidak pernah mengutarakan niatnya menikah, Chairil juga tidak disukai keluarga Tamaela-Pattiradjawane. "Chairil itu menakutkan," kata Dee.

"Matanya merah, orangnya kurus, rambut gondrong tidak sisir, mirip penjahat," tambahnya lagi.

Dee mengaku hanya sekali berjumpa dengan Chairil pada sebuah toko buku di Jakarta. Waktu itu, ketika berada di toko buku bersama kawannya, tiba-tiba Chairil muncul di hadapan mereka.

"Dee, ini Chairil yang menulis puisi untuk kakakmu," kata sahabatnya.

Dee menyalami Chairil. Itulah pertemuan pertama dan terakhir dengan Chairil sebab penyair itu pun akhirnya mati muda tahun 1949, setahun setelah berpulangnya Dien.

Walau begitu, Dee sangat menghargai karya Chairil Anwar. Di apartemennya, dia masih menyimpan salinan puisi Cerita Buat Dien Tamaela. Dia mengoleksi puisi tersebut dalam beberapa bahasa. (Rudi Fofid/Koran SI/hri)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terimakasih atas post nya, sangat bermanfaat. Mari mampir juga ke blog saya https://blog.ppns.ac.id/tl/lukmankhakim/
https://ppns.ac.id

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?