SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Mengais Nasib di Atas Rel Kereta Belawan

| | |
Tut... tut.. tut... suara klakson kereta api jurusan Medan melintas di kasawan Belawan. Puluhan pedagang yang asyik menjajahkan barang, menghentikan aktivitas berdagang.

Lapak yang hanya beralaskan tikar plastik yang berjejer di atas rel, satu per satu dirapikan hingga tak terkena roda kereta. Tidak hanya itu, tenda lapak yang berada di perlintasan tersebut pun dilipat untuk memberi jalan si Ular Besi.

Satu per satu gerbong kereta melintasi kerumunan orang dan menunggu hingga buntut kereta menghilang dari pandangan. Sekira 2 menit kereta pun berlalu.

Puluhan pedagang kembali menawarkan barang dagangan berupa sayuran dan monza (pakaian bekas). Satu per satu para pembeli kembali berkumpul di areal penjualan tersebut.

Iya, itulah yang dialami puluhan pedagang di Pasar Belawan. Hampir setiap 1 jam sekali aktivitas ini dilakukan untuk memberi jalan belasan gerbong kereta melintasi pasar.

Pasar yang terletak di sekitar 25 kilometer dari pusat kota Medan, Sumut, itu menjadi salah satu bukti semakin tergusurnya pasar tradisional akibat maraknya pasar-pasar modern.

Para pedagang di pasar mengaku terpaksa harus berjualan di atas lintasan rel kereta api, karena sempitnya wilayah di pasar itu. Bagi mereka, kebutuhan perut jauh lebih penting, meskipun harus mempertaruhkan nyawa.

Penulis pun tertarik untuk menelusuri kisah para pedagang di atas rel kereta api ini. Tepat jam sembilan pagi, para pedagang di lokasi tersebut sudah banyak menjajakan barang dagangannya.

Para pedagang ini duduk bersila di belakang dagangannya yang tergeletak di antara dua jalur rel kereta api. Lamria Boru Siringo-Ringo (38), salah seorang pedagang menceritakan “penggusuran” tersebut.

Sekitar setahun yang lalu, para pedagang ini berjualan di pinggir Jalan TM Hanafiah yang berada di depan Pasar Belawan, tidak jauh dari lokasi mereka berdagang sekarang.

Namun, karena aktivitas para pedagang itu mengganggu lalu lintas, akhirnya petugas menggusur mereka.

Karena tidak ada pilihan, mereka pun terpaksa menggelar dagangannya di jalur kereta api yang berada di bagian pinggir pasar, tidak jauh dari jalan raya. Sebenarnya, satu atau dua pedagang monza sudah terlebih dahulu menempatinya sejak lama. Makanya, lokasi jalur rel kereta api itu pun menjadi ramai, bahkan hingga sore hari.

Penggusuran pun kembali terjadi. Lamria dan sejumlah pedagang lainnya digusur pihak Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan, Belawan saat berjualan di jalur rel kereta api tersebut.

Alasannya, aktivitas mereka sangat membahayakan keselamatan jiwa. Selain itu, juga dapat mengganggu lalu lintas kereta api barang yang menuju Pelabuhan Ujung Baru, Belawan.

"Tapi kami balik lagi ke sini, karena tidak ada tempat berjualan yang lain. Lurah memang tidak memberi izin, tapi kami bandel. Karena kami juga butuh makan. Mau makan apa anak kami kalau tidak jualan?" tutur perempuan yang sudah 10 tahun berjualan monza dan sayur itu.

Mereka sendiri sama sekali tak merasa risau dengan ancaman nyawa. Dulu, lanjut Lamriah, pemerintah pernah menjanjikan akan memberikan tempat yang layak dan nyaman bagi mereka.

Namun setelah 2 tahun berjalan, janji tersebut belum juga terealisasi. Padahal, para pedagang telah menandatangani semua administrasi untuk prosedur pengurusan kepemilikan kiosnya.

Lamria sendiri telah membeli kios kecil yang sudah ada di dalam pasar. Dia terpaksa merogoh kocek sebesar Rp5 juta untuk mengganti biaya kios, sehingga menjadi hak miliknya.

Tidak tertatanya pasar membuat pasar sepi. Para pembeli mengaku enggan ke dalam pasar karena sumpek, dan Lamria serta puluhan pedagang lainnya pun kembali berjualan di luar.

"Dulu aku pernah jualan di dalam pasar, ada beli kios di sana. Tapi tidak laku, karena tidak ada pembeli yang datang. Di sini masih banyak yang jualan, jadi orang malas ke dalam. Seharusnya pemerintah memindahkan semua pedagang dengan serentak, jangan sebagian-sebagian," keluh Lamria.
(kem)

http://news.okezone.com/read/extend/2011/02/21/345/426977/mengais-nasib-di-atas-rel-kereta-belawan

0 komentar:

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?