Para pemabuk tewas sering terdengar dari berbagai daerah. Peristiwa terakhir di Cirebon, Jawa Barat, ada delapan pemabuk tewas dan dua lainnya sangat kritis.
Sebelumnya, di Salatiga, Jawa Tengah, sedikitnya 310 orang dirawat akibat minuman keras, 21 pemabuk akhirnya tewas akibat kerusakan organ tubuh. Mengapa ini sering terjadi?
Kuwu atau Kepala Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Muhaimin, menduga, semua itu terjadi setelah pajak minuman keras dinaikkan sampai 150 persen. Akibatnya, Muhaimin mengakui, warga desanya beralih mengonsumsi minuman keras oplosan.
"Akhirnya mereka beli yang harga murah yang kandungan alkoholnya juga tidak terkontrol," kata Muhaimin kepada Tribun Jabar (Kompas Gramedia Group), Minggu (9/5/2010).
Itu sebabnya, Muhaimin meminta pihak terkait agar melakukan sosialisasi tentang bahaya minuman keras kepada warganya. Tujuannya, agar warganya menjadi paham dan menghindari miras yang mematikan itu.
Terpisah, Kepala Kepolisian Wilayah Cirebon, Kombes Tugas Dwi Aprianto, melalui sambungan telepon mengatakan, pihaknya sudah mengingatkan warga agar menghindari minuman keras.
Namun ajakan itu ternyata masih kurang memberi dampak positif sehingga masih ada korban tewas akibat minuman keras oplosan. Ke depan, kata Tugas, pihaknya akan memperketat razia dan peredaran miras di kalangan masyarakat.
"Kami akan perketat razia meski sebetulnya setiap seminggu sekali jajaran kami baik di polres maupun polsek selalu rajin melakukan razia. Ke depan, kami akan perketat lagi, dengan mengajak semua elemen masyarakat bersama-sama polisi memperketat peredaran miras," ujarnya.
kompas
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar