ORANG zaman sekarang tidak tahu atau melupakan apa yang terjadi di Pulau Jawa, setelah balatentara Dai Nippon malam 28 Februari 1942 mendarat di Merak, Banten dan tanggal 1 Maret di Eretan Wetan.
Pasukan tempur Fukushina dengan menggunakan sepeda langsung menuju Batavia yang dimasukinya tanggal 5 Maret. Pendaratan berbahaya bagi tentara KNIL ialah di Eretan, karena tidak jauh dari itu terdapat lapangan udara Kalijati. Tentara Jepang dengan cepat bergerak lewat Pamanukan dan Subang, dan pukul 5 sore Subang dan Kalijati sudah direbutnya.
Pasukan pelopor brigade yang dipimpin Kolonel Shoji memenggal kepala 60 orang militer Inggris dari RAF yang mempertahankan lapangan udara Kalijati. Di rumah sakit Subang terdapat 20 militer Inggris luka sedang dirawat. Mereka tanpa ampun dihabisi oleh pasukan Shoji.
Praktek begitu biasa dikerjakan oleh tentara Jepang. Di Jawa Tengah 50 orang tawanan perang dibunuh oleh Jepang. Sebelum itu masuk laporan tentang pendaratan Jepang tanggal 11 Januari 1942 di Tarakan Kalimantan.
Instalasi minyak disana sesuai politik bumi hangus dirusakkan. Dari 650 orang yang bekerja di situ dalam satu malam 500 orang di Balikpapan dibunuh oleh Jepang.
Tanggal 20 Januari pabrik penghalusan minyak dirusakkan. Begitu tentara Jepang mendarat di sana 24 Januari sebagai tindakan balasan bagi pengrusakan instalasi minyak sejumlah 80 orang Belanda laki-laki perempuan dibunuh.
Gubernur Belanda untuk Borneo Selatan dan Timur adalah dr B.J Haga yang diinternir oleh Jepang, tapi kedapatan mengadakan gerakan dibawah tanah. Haga sendiri pada hari pertama disidangkan depan pengadilan kena serangan jantung dan meninggal.
Lapangan terbang Ulin dekat Banjarmasin tanggal 9 Februari 1842 dirusak oleh regu yang melakukan bumi hangus. Anggota-anggota regu ini dipotong kepala mereka dengan pedang samurai.
Tanggal 26 Agustus semua pria eropa dari kaum pengungsi yang berada di Long Naoan dekat perbatasaan Serawak dipenggal. Tanggal 29 September kaum perempuan eropa juga dipenggal-penggalin.
’Reputasi’ tentara Jepang yang suka membunuh penduduk dalam jumlah besar-besaran diketahui oleh Penglima tentara KNIL Letjen Hein Ter Poorten. Karena itu dengan segala upaya dia mau menghindarkan.
Pertempuran dengan Jepang dalam kota Bandung yang lantaran perang bertambah penduduknya. Dalam verslag Beleid yang ditulisnya sehabis perang Ter Poorten mengatakan mengingat banyaknya kaum wanita eropa dan anak-anak mengalir ke Bandung, supaya jangan ada pertempuran yang memberikan dalih bagi Jepang melakukan pembunuhan terhadap non kombatan. Ter Poorten membubuhkan catatan di pinggiran ‘ Ingat Nanking’.
Tanggal 13 Desember 1937 tentara Dai Nippon melakukan pembantaian mengerikan di kota Nanking Tiongkok berjanji berhenti depansungai Yang-Tsa Xiang, Akan tetapi tiba di situ toh sungai diseberangi dan Nanking dikepung. Waktu itu sekelompok diplomat tinggi Jepang memulai perundingan perdamaian rahasia dengan jenderal Chieng Kai Sok di mana kabarnya Jenderal itu bersedia disuap oleh Jepang.
Pimpinan tentara mendengar tentang inisiatif diplomat tadi, lalu menghalanginya. Chiang Kai Sek menarik tentaranya dari kota Nanking sehingga tidak lagi dilindungi. Saat itu paman Tenno Hoike KaisarJepang bernama Pangeran Asaka Yasuhiko ( 1887-1981) diangkat jadi pangkima tentara Jepang sekitar Nanking.
Pangeran Asaka berkata kepada stafnya ‘Kita akan hajar saudara-saudara China kita yang tidak pernah akan mereka lupakan ‘. Dia perintahkan ‘Bunuh semua tawanan’. Sebanyak 20.000 laki-laki yang bisa berdinas dalam tentara digiring keluar kota, lalu dijadikan ‘bahan’ hidup bagi latihan tusukan bayonet infanteri Dai Nippon. Dari 100.000 penduduk Nanking sebanyak 300.000 orang telah dibantai.
Pangeran Asaka mentang – mentang paman Tenno Heika tidak pernah dijadikan pejahat perang yang telah melakukan genocisa. Sampai hari ini pihak Jepang tidak mengakui bahwa telah terjadi pembunuhan besar-besaran di Nanking. Akibatnya sampai sekarang pemerintah RRC marah sama Jepang karena peristiwa Nanking itu.
Kekejaman tentara Jepang memenggal kepala orang dengan pedang samurainya membikin Belanda di Bandung ketakutan. Menurut buku De Japense aanval op Java Maart 1942 oleh Nortier, Kuijt dan Groen, ketikaa pasukan pelopor Kol Shoji menawan 72 orang militer KNIL di daerah Ciater, mereka diperintahkan melepaskan puttes atau setiwel. Mereka dibagi stas kelompok-kelompok terdiri dari tiga orang yang diikat dengan setiwel.
Kemudian militer Belanda itu ditembaki dengan mitralyur. Yang masih merintih kesakitan ditusuk matanya dengan bayonet. Dua militer selamat keluar dari pembantaian. Mereka bersembunyi dan dua hari kemudian tiba di Cimahi.
Di sana mereka melapor kepada opsir-opsir KNIL mengenai pengalaman seram mereka. Militer KNIL tang ‘dihabisin’ di Cianter itu kini dimakamkan di kuburan kehormatan Paneu.
Setelah dua hari berunding mengenai kapitulasi Hindia Belanda kepada Jenderal Imamura di Kalijati 8-9 Maret, maka Senen siang tanggal 9 Maret 1942 tentara Jepang yang pertama berbaris memasuki Bandung. Mereka berjalan kaki dari Lembang, dalam dua barisan, satu sebelah kiri Jalan Tamansari, yang lain di sebelah kanan.
Beberapa serdadu Jepang naik sepeda yang buat sebagian dibuat dari kayu. Kecuali sedikit yang pakai sepatu dari kulit, kebanyakan serdadu Jepang itu memakai sepatu karet warna hijau. Kota Bandung diduduki oleh Jepang.
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar