PADAsuatu saat,ketika kebetulan sedang berada di Belanda, saya sempat membaca sebuah surat kabar setempat memuat reportase mengenai seorang purnawirawan pimpinan militer Kerajaan Belanda yang dieluk-elukan sebagai pembela kepentingan dan penjunjung kehormatan militer Kerajaan Belanda di masa perang kemerdekaan Indonesia.
Perwira senior ini disanjung memiliki semangat keperwiraan, kepemimpinan, kedisiplinan, pengabdian, pengorbanan.Pendek kata,semua syarat untuk dinobatkan sebagai pahlawan mutlak terpenuhi. Pahlawan militer Kerajaan Belanda itu lahir di Istanbul,Turki, sebagai putra seorang warga Belanda beristri warga negara Yunani.
Selama masa Perang Dunia (PD) II, anak campuran Belanda- Yunani ini masuk ke dinas militer Belanda dan memperoleh pelatihan militer di Inggris. Setelah PD II usai,serdadu muda Belanda ini dikirim ke Sulawesi, tempat dia pada 1946 ditugaskan sebagai komandan Depot Special Forces, salah satu unit komando elite KNILuntuk menumpas kaum pemberontak yang ingin menghalangi pengembalian Hindia Belanda kembali menjadi jajahan Kerajaan Belanda.
Januari 1950,komandan muda Belanda ini memimpin Angkatan Perang Ratu Adil di Jawa Barat untuk melaksanakan kudeta terhadap pemerintahan Soekarno.Ternyata kudeta itu gagal, maka serdadu Belanda ini melarikan diri ke Singapura. Meski berulang kali Pemerintah Republik Indonesia menuntut perwira Belanda ini ke mahkamah militer atas kejahatan perang dan pelanggaran hak-hak asasi manusia, Pemerintah Belanda tidak pernah menggubris, bahkan melindungi sampai akhirnya pendekar militer Belanda ini meninggal dunia di Purmerend, Belanda, pada 1987.
Nama pahlawan militer yang dielu-elukan koran Belanda itu adalah Westerling. Saya tidak percaya mengenai apa yang saya baca di media massa cetak Belanda itu sampai merasa perlu untuk berulang kali mengulang membacanya. Bagi saya, nama Westerling identik angkara murka seperti Hitler,Caligula,dan Attila. Bagi saya, Westerling adalah seorang penjahat perang bengis tak kenal perikemanusiaan yang menumpas ribuan jiwa rakyat Indonesia tidak berdosa, kecuali ingin memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negaranya!
Tidak pernah terlintas di benak, apalagi sanubari saya bahwa Westerling bisa dieluelukan sebagai seorang pahlawan, pembela kehormatan negara dan bangsa. Saya lupa bahwa Indonesia memang bukan Belanda. Apa yang dianggap pahlawan di Indonesia, belum tentu di Belanda. Begitu pun sebaliknya. Saya tidak pernah meragukan kemahapahlawanan Pangeran Diponegoro.
Tetapi jurnal sejarah perusahaan VOC milik Kerajaaan Belanda,yang ratusan tahun menjajah dan mengisap kekayaan Nusantara, mengabadikan nama Pangeran Diponegoro sebagai seorang pemberontak yang merusak ketenteraman kehidupan kaum penjajah di masa yang disebut oleh VOC sebagai Perang Jawa pada 1825–1830.Apabila Westerling bagi bangsa Indonesia adalah penjahat perang, maka Diponegoro bagi sejarawan VOC adalah teroris. Meski dihukum mati oleh pengadilan yang dikuasai Amerika Serikat, sebagian rakyat Irak tetap menganggap Saddam Hussein adalah seorang pembela kedaulatan bangsa dan negara mereka yang layak dihormati sampai akhir zaman.
Nama Jenderal George Armstrong Custer diabadikan dengan goresan tinta emas dalam lembaran sejarah militer United States of America atau Amerika Serikat (AS).Sebaliknya,nama Crazy Horse, pendekar Sioux yang mengalahkan laskar AS dan menewaskan Jenderal Custer di pertempuran Little Bighorn, Montana, pada 1876 selalu dikenang Suku Sioux sebagai pahlawan pembela hak-hak asasi penduduk asli Amerika.
Saya sempat terperangah ketika menyaksikan patung Rahwana berdiri tegak dan megah di tengah Kota Kolombo, Sri Lanka, sebagai lambang semangat kepahlawanan bangsa tersebut. Itu akibat saya lupa bahwa nama Sri Lanka di masa lalu adalah Alengkadiraja, Soekarno dan Hatta sebelum memproklamirkan kemerdekaan bangsa In-donesia sempat berulang kali ditangkap, dijebloskan ke penjara, dibuang ke pengasingan karena divonis pengacau dan pemberontak oleh para penegak hukum kaum penjajah.(*)
JAYA SUPRANA
Kejujuran Itu Memerdekakan Dan Menenangkan
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar